IQNA

Liputan Media Islam dan Kaum Muslim Dikaji di Universitas Missouri

18:46 - March 29, 2017
Berita ID: 3471128
AMERIKA (IQNA) - Mekanisme pengenalan dan pengupasan terhadap kaum muslim di media dibahas dan dikaji dalam sebuah makalah dengan topik Islam dan Media di universitas Missouri, Amerika.

Menurut laporan IQNA, Humera Lodhi, mahasiswa universitas Missouri, yang bekerjasama juga dengan harian Huffington Post, memaparkan artikelnya dengan topik Islam dan media dengan tujuan penyadaran terkait mekanisme image kaum muslim di sejumlah media, di markas Islam universitas ini.

Menurut keyakinan mahasiswa jurusan jurnalis ini, sejumlah laporan tentang kaum muslim dipaparkan dengan opini-opini negatif melebihi segala jenis topik lainnya, namun pengenalan masyarakat dengan Islam dapat membantu melawan ruang negatif ini.

Dalam pertemuan tersebut yang diselenggarakan dengan partisipasi sekitar 30 orang di markas Islam propinsi Missouri, Lodhi menjawab sejumlah pertanyaan para partisipan.

Ia dengan memaparkan daftar sejumlah penayangan berita negatif tentang Islam, menjelaskan bahwa para audien media bagaimana dapat mengikuti berita-berita tersebut dengan sadar.

Lodhi dengan mengisyaratkan serangan seorang muslim ke parlemen London yang menewaskan empat orang di luar parlemen dan seorang anggota polisi serta melukai 40 orang mengatakan, dari serangan tersebut dikatakan sebagai satu serangan teroris Islam dan saya berfikir jika seseorang dengan agama lain melakukan aksi tersebut, apakah media-media juga akan mengecap sedemikain rupa?

Ia menambahkan, keluarnya berita menggambarkan kaum muslim hanya satu aspek semata. Topik-topik berita hanya mencukupkan kata kaum muslim dan tidak menjelaskan secara mendetail identitas personal penyerang.

Lodhi mengatakan, kaum muslim eropa dibanding kaum muslim di Amerika lebih mengalami beragam diskriminasi. Kaum muslim Amerika mayoritas dari kalangan menengah, sementara kaum muslim eropa dari kalangan pekerja atau kalangan terendah masyarakat. Di Perancis, citra kaum muslim terpojokkan berbeda dengan kaum muslim Amerika dan ini bukan sesuatu yang dikupas di media-media ini.

Ia menyebut gerakan Arab Spring adalah sebuah gerakan sosial berporos media, dimana di situ para remaja kaum muslim mencari perkembangan demokrasi dan lebih lanjut ia menambahkan, kaum muslim dengan menyelenggarakan demo-demo di jalan, memublikasikan kata ini lewat media sosial.

Lodhi, demikian juga mengatakan, kaum muslim dalam banyak hal diperkenalkan sebagai orang-orang yang penyensor, padahal mereka berupaya untuk kebebasan.

Menurutnya, media-media sosial dapat memotivasi masyarakat untuk mendukung negara-negara yang bergejolak.

Humera Lodhi semisalnya mengisyaratkan serangan teroris pada tahun 2015 di Paris dan mengatakan, pasca serangan, Facebook menjadikan gambar bendera Perancis sebagai profile para netizen. Ungkapan "Kami tetap bersama Perancis pada hari-hari tersebut memenuhi media sosial.

Namun rasa persatuan ini tidak ditemukan pasca serangan ke negara-negara muslim. Kurang lebih saat waktu itu juga terjadi serangan di Turki, namun dari filter Facebook atau kalimat "Kami tetap bersama Turki” tidak ada beritanya.

Shakir Hamoodi, salah seorang ulama yang hadir dalam pertemuan tersebut juga mengatakan, semestinya berita-berita media memaparkan Islam dengan pengetahuan lebih.

Para jurnalis harus mengenal kalimat muslim, syarait, dan Islam dan menggunakan kata-kata ini dengan tepat.

Salah seorang hadirin menanyakan kalimat apa yang akan dipakai untuk kaum muslim ekstrem? Apakah dapat mengatakan Islamisme?

Ia menambahkan, memperkuat pengetahuan umum tentang Islam dan kaum muslim di ruang-ruang berita dapat meningkatkan penayangan berita tentang kaum muslim. Ruang-ruang berita membutuhkan para jurnalis muslim.

Hamoodi mengatakan, faktor utama dalam penayangan tepat setiap topik adalah mengenal topik tersebut, mengindahkan moral, dan menjahui distorsi berita. Menghormati audien melalui penjelasan realita adalah jalan terbaik dalam melayani masyarakat.

Lodhi mengatakan, serangan teroris atau segala jenis radikalisme yang dilakukan atas nama kaum muslim bukanlah memperkenalkan seluruh elemen masyarakat Islam.

Ia menambahkan, kami di sini berbicara tentang Islam, bukan kelaziman kaum muslim, karena saya dapat mengatakan kepada kalian apa kata Islam, namun saya tidak dapat mengatakan 1.6 milyar kaum muslim melakukan apa dan apa yang dikatakan.

http://iqna.ir/fa/news/3585772


captcha