IQNA

Hujjatul Islam Nomani:

Kumandang Azan Salah Satu Konsekuensi Positif Corona di Eropa

8:02 - May 03, 2020
Berita ID: 3474183
TEHERAN (IQNA) - Hujjatul Islam Mohammad Said Nomani, seorang peneliti ilmu-ilmu Islam, di webinar Beirut menggambarkan kumandang azan di beberapa negara Eropa sebagai konsekuensi positif dari corona dan mengatakan: “Negara-negara ini telah menyadari bahwa dalam keadaan seperti itu, sedikit saja kepercayaan pada Tuhan dapat menenangkan dan menyelamatkan.”

IQNA melaporkan, atase kebudayaan Iran di Lebanon guna mengkaji konsekuensi corona dan masalah Intidzar (penantian) setelah pandemi ini, pada Jumat sore, mengadakan pertemuan virtual berjudul "Corona; Konflik Pembebasan" dalam kelanjutan seri webinar Beirut “Konflik Corona”.

Pertemuan itu adalah pertemuan webinar khusus ketiga dari seri pertemuan intelektual "Konflik Crorona" yang diadakan bekerja sama dengan IQNA dan Hujjatul Islam Mohammad Said Nomani, peneliti Ilmu Islam, anggota Majma Jahani Taqrib Mazahib Islami dan mantan ketua kongres nasional Kurdi adalah salah satu nara sumbernya.

Mengacu pada tingginya jumlah pasien corona di Amerika Serikat, Spanyol dan Italia dan penyebaran penyakit di lebih dari 200 negara, ia mengatakan: penyakit ini dan sejenisnya berlalu; sebagaimana manusia sepanjang sejarah telah mengalami peristiwa-peristiwa seperti gempa bumi, banjir, badai, penyakit parah seperti wabah dan peristiwa tak terduga lainnya.

Dampak Positif dan Negatif Corona

Sheikh Mohammad Said Nomani menyatakan: “Meskipun insiden seperti itu memiliki dampak negatif pada kehidupan manusia, namun juga memiliki efek positif dan membuat manusia yang sombong dan maksiat sadar akan kelemahannya. Hal yang sama berlaku untuk virus corona saat ini, dan manusia telah terlihat dalam situasi lemah di hadapan virus yang sangat kecil dan tidak terlihat, yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.”

Dia berkata: “Meskipun virus ini mematikan dan membunuh, pada saat yang sama virus itu telah membangunkan orang yang sombong dan lalai serta telah menyebabkan banyak orang berbalik kepada Tuhan dalam doa dan permohonan, dan bahkan di beberapa negara (di Eropa di mana azan dilarang) telah dikumandangkan azan, karena mereka menyadari bahwa dalam situasi seperti itu, sedikit saja kepercayaan pada Tuhan dapat menenangkan dan menyelamatkan.”

Anggota Majma’ Jahani Taqrib Mazahib Islam dengan menekankan bahwa doa pada hari-hari corona sangatlah penting, mengatakan: “Allah swt adalah penyelamat manusia pertama dan terakhir hari ini, dan bahkan beberapa pemikir seperti Dostoyevsky (Fyodor Mikhailovich Dostoyevsky, seorang penulis Rusia terkemuka) yang bukan seorang Muslim, percaya bahwa manusia ketika jatuh sakit, ia menjadi lebih dekat dengan dunia lain (akhirat) dan sifat Ilahi manusia menjadi lebih jelas dalam keadaan seperti ini.”

Dia menjelaskan bahwa para ahli dan dokter telah menjelaskan bagaimana menangani corona, dan menambahkan bahwa karantina dan jarak sosial adalah salah satu cara untuk menangani virus, dan bahkan pertemuan telah diadakan untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Kumandang Azan Salah Satu Konsekuensi Positif Corona di Eropa

Sheikh Nomani melanjutkan: Solusi ini juga memiliki konsekuensi negatif, misalnya, di karantina rumah, kita melihat bahwa kekerasan dalam rumah tangga telah meningkat dan beberapa pria di berbagai masyarakat telah memperlakukan keluarga mereka dengan buruk, sehingga para pemikir dan pejabat harus memperhatikan masalah seperti ini dan memikirkan solusi untuk menanganinya serta mengubah efek negatif corona menjadi positif.

Ulama Muslim ini juga mengatakan bahwa dalam semua kondisi, manusia harus selalu menetapkan upaya, tujuan, dan sasaran untuk dirinya, karena manusia hidup dengan kerja dan usaha, dan manusia harus menggunakan semua sumber daya mereka untuk mencegah masalah, penindasan, kesulitan dan penyakit sehingga dapat mengatasinya; dengan kerja keras dan upaya, seseorang dapat menemukan jalan menuju keselamatan dan pembebasan.

Mantan Ketua Kongres Nasional Kurdi Irak itu mengatakan: “Bahkan dalam sepanjang sejarah, ada banyak pemerintah yang telah memberlakukan tugas dan perintah-perintahnya pada rakyat, dan rakyat telah ditindas oleh aturan pemerintahan seperti itu, tetapi mereka tidak duduk diam, dan jika revolusi itu diperlukan, mereka melakukannya, dan di mana pun perlawanan membuahkan hasil, mereka adalah bangsa yang tangguh; mereka dalam semua kondisi semacam ini memiliki satu sandaran dan itu adalah kekuatan tak terbatas Ilahi.

Keyakinan pada Juru Selamat dalam Agama

Di bagian lain pidatonya, ia merujuk pada kepercayaan pada juru selamat dalam agama dan sekte dan mengatakan: “Bangsa-bangsa telah mencari penyelamat dalam kesulitan dan kesukaran untuk membebaskan dan menyingkirkan, juga sejarah memberi tahu kita tentang hal ini. Kepercayaan kepada sang penyelamat tidak terbatas pada agama, tetapi masyarakat manusia dari semua aliran, kepercayaan seperti Zoroaster dan Buddha, telah mencari pahlawan dan penyelamat untuk menyelamatkan mereka dari masalah. Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru juga menekankan masalah kemunculan seorang juru selamat bernama Masih (as) pada akhir zaman, seorang nabi yang akan muncul bersama Imam Mahdi (af) untuk menyelamatkan dunia.”

Anggota Majma’ Jahani Taqrib Mazahib Islam mengingatkan: Syahid Mohammad Baqir Sadr juga mengatakan tentang Imam Mahdi (af) bahwa beliau akan muncul untuk menunaikan risalah 124 ribu nabi dalam sepanjang sejarah dan ini adalah tanggung jawab yang sangat berat dan beliau memiliki tanggung jawab yang sangat panjang dan ia memiliki umur yang lebih panjang untuk melewati semua tantangan dan transformasi serta menyelesaikan tanggung jawabnya.

Di penghujung, ia menekankan: Tidak diragukan lagi, Islam telah lebih memperhatikan masalah Mahdisme dan munculnya juru selamat lebih jelas daripada agama-agama lain. Sementara kita melihat dalam beberapa agama, kemunculan juru selamat adalah masalah yang pelik dan filosofi, namun Islam menjelaskannya secara gamblang juga Alquran mengisyaratkan hal ini dan tujuannya jelas, “Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi).” (hry)

 

3895783

captcha