IQNA melaporkan, pertememuan peluncuran buku "Politik Islamofobia di Institut Amerika: Memerangi Kekuatan Perlawanan Islam" oleh Hakimeh Saghaye Biriya, dosen di Departemen Sejarah, Peradaban dan Revolusi Islam, Fakultas Studi dan Pemikiran Islam, Fakultas Studi Islam dan Pemikiran, Universitas Tehran , Senin, 7 Juli, di kantor berita IQNA.
Buku setebal 210 halaman, yang diterbitkan baru-baru ini oleh Komisi Hak Asasi Manusia Islam di London, menganalisis peran lembaga think tank Amerika dalam melembagakan dan memperluas Islamofobia dalam kebijakan domestik dan luar negeri AS.
Sebuah karya analitis dan berharga
Said Khan, seorang profesor studi dunia di Wayne State University di Detroit, Michigan, AS, menggambarkan buku itu sebagai analisis yang sangat baik tentang peran tiga lembaga think tank yang penting dan berpengaruh dalam pembuatan kebijakan Amerika yang menyediakan pengetahuan yang dibutuhkan.
Massoud Shajareh, kepala Komisi Hak Asasi Manusia Islam di London, juga menekankan pentingnya buku ini dalam memahami akar intelektual dan teoretis Islamofobia dalam kebijakan AS dan rencana untuk melawan perlawanan Islam.
Silsilah lembaga think tank ini didukung oleh pusat-pusat politik dan pemerintahan Amerika, yang kegiatannya berkembang dari hari ke hari, dan perencanaan dan kebijakan pemerintah AS di negara-negara Islam sebagian besar didasarkan pada penelitian lembaga think tank ini.
Pendekatan Barat terhadap dunia Islam
Selanjutnya Hakimeh Saghaye Biriya, penulis buku ini berkata: "Saya berharap karya ini dapat membantu untuk memahami hubungan antara Amerika Serikat dan Islam, terutama pada tingkat ideasi dan perencanaan". Masalah Islamofobia bukan masalah baru. Kita telah melihat dua jenis hubungan, terutama sejak masa kolonial, dengan Barat. Pertama, kekerasan fisik terhadap negara-negara Islam, dan negara kita (Iran) secara tidak langsung, menjadi koloni tersembunyi.
Dia menambahkan: "Pendekatan kedua Barat kepada dunia Islam adalah kekerasan budaya dan ideologis yang dimulai Barat dari awal hubungan kolonialnya dengan Islam." Orientalisme selalu berpihak pada pendekatan fisik kekerasan dari Barat, dan kita selalu memiliki orang-orang yang membantu kolonisasi fisik ini; oleh karena itu, kolonialisme ideologis atau epistemik selalu memiliki pendekatan kekerasan terhadap negara-negara Islam, dan upaya telah dilakukan untuk menutupi perlawanan Islam dengan kekerasan budaya dan ideologis ini.
Jenis kekerasan ini telah berubah seiring waktu. Dulu pernah terjadi sektarianisme dan terkadang hal itu muncul dalam bentuk aslinya dengan cara Freemasonik dan sekarang kita menghadapi bentuk barunya berupa kekerasan budaya. Lembaga think tank Amerika berpikir dengan cara yang sangat sistematis dan terencana, dalam hal ini apa yang harus kita lakukan dengan dunia Islam?
Islamophobia dilembagakan
Dia dalam menjawab pertanyaan, apakah Islamophobia telah dilembagakan di Amerika Serikat, ia mengatakan: "Islamophobia dapat dianggap sebagai cabang dari rasisme, dan sebagaimana rasisme ini telah dilembagakan di Amerika Serikat maka Islamophobia juga telah dilembagakan."
Islamophobia adalah cabang rasisme
Dosen universitas ini menambahkan: "Islamofobia adalah cabang rasisme di Barat". 25 hingga 33 persen Muslim kulit hitam di Barat mengalami Islamofobia dan rasisme pada saat yang sama. Pada saat ini, ketika kita menyaksikan keributan global melawan rasisme, ini adalah kesempatan yang baik untuk menjembatani kesenjangan antara perlawanan Islam dan gerakan anti-rasis di seluruh dunia. Interaksi antara arus perlawanan Islam dan gerakan rasis dapat terjadi di sini, dan kebutuhan akan persatuan dan interaksi sangat terasa.
Dia juga dalam menjawab pertanyaan, apakah Muslim Amerika juga aktif dalam melawan Islamofobia, ia mengatakan: "Beberapa organisasi Islam di Amerika Serikat, termasuk Dewan Hubungan Islam Amerika (CAIR), telah mengambil tindakan atas hal ini dan organisasi ini didirikan supaya menuntut hal-hal yang telah mendiskriminasi kaum Muslim atau misalnya kehadiran Ilhan Omar, anggota perwakilan Muslim Kongres AS, menunjukkan bahwa umat Islam menentang arus ini.
Biriya juga mengumumkan niatnya untuk menulis volume kedua buku ini, dengan fokus pada solusi untuk masalah Islamophobia di Barat.(hry)