IQNA melaporkan, kekerasan terhadap minoritas Muslim Rohingya telah membuat banyak aktivis hak asasi manusia di seluruh dunia menyamakan tindakan militer Myanmar di beberapa propinsi mayoritas Muslim seperti di Rakhine dengan genosida.
Hal ini, bersama dengan penderitaan orang-orang Rohingya, telah menyebabkan Aung San Suu Kyi, seorang penasihat pemerintah, dituduh tetap bungkam tentang kejahatan militer di negara tersebut dan mendukung genosida minoritas Rohingya; Sebuah masalah yang membawanya ke mahkamah internasional di Den Haag untuk diperiksa di sana.
Namun masalah tersembunyi adalah peran individu dan kelompok lain dalam penyebaran kekerasan di Myanmar. Kelompok-kelompok yang tampaknya telah pulih di Myanmar di bawah pengaruh penyebaran populisme dan nasionalisme ekstrimis di dunia, menyalahkan minoritas negara itu atas masalah ekonomi dan politik Myanmar.
Para penganut Buddha di Myanmar, seperti negara lain di Asia Tenggara, merupakan mayoritas dari populasi. Sekitar 89,9% dari 54 juta penduduk Myanmar beragama Buddha.
Sementara itu, kelompok ekstremis Buddha yang mendapat dukungan terbuka dan terselubung dari pemerintah Myanmar menuduh agama minoritas seperti Rohingya dan ras minoritas lainnya berusaha mempengaruhi budaya Buddha Myanmar.
Sejatinya dapat dikatakan bahwa, seperti gerakan-gerakan sayap kanan di Eropa dan di tempat lain, dengan mengeksploitasi kesulitan ekonomi, di Myanmar, juga terdapat sekelompok ekstremis Buddha mencoba menggunakan kesulitan ekonimi sebagai dalih untuk menekan kelompok-kelompok ini, khususnya Muslim dengan menyalahkan minoritas atas munculnya masalah ekonomi dan politik Myanmar. Salah satu orang ini adalah Ashin Wirathu, seorang biksu Myanmar terkenal yang berulang kali menyatakan permusuhannya dengan Muslim.
Ashin Wirathu (lahir 10 Juli 1968) adalah seorang tokoh terkenal di Myanmar karena ceramahnya tentang Muslim. Nama Wirathu menjadi terkenal pada tahun 2001 setelah ia dikaitkan dengan gerakan 969 dan mengambil alih kepemimpinan gerakan tersebut. Wirathu dipenjara oleh rezim militer pada tahun 2003 karena menyebarkan selebaran anti-Muslim dan mendakwahkan pengusiran Muslim dari Rakhine Myanmar. Namun dia dibebaskan dengan amnesti umum pada 2012 dan mulai berkeliling Negara, dan dengan pidatonya, menyebarkan kebencian terhadap Muslim.
Gerakan 969 adalah gerakan nasionalis ekstremis di Myanmar yang menentang apa yang disebutnya "penyebaran Islam di Myanmar, kebanyakan beragama Buddha (Burma). Tiga angka 969 melambangkan keutamaan agama Buddha, praktik Buddha, dan masyarakat Buddha. 9 digit pertama menunjukkan 9 karakteristik khusus Buddha dan 6 digit mewakili enam karakteristik spesifik Dharma atau ajaran Buddha, dan 9 digit terakhir mewakili 9 karakteristik khusus Sang Buddha (komunitas biara).
Dalam gerakan ini, Wirathu berperan sebagai pemimpin spiritual bagi anggotanya. Diantara Pernyataan Wirathu adalah sanksi toko-toko milik Muslim. Wirathu percaya bahwa jika orang tidak mengindahkan nasihat dan peringatannya, Myanmar akan menjadi negara Muslim. Biksu ekstremis itu ikut serta dalam pawai biksu di Mandalay pada September 2012. Pawai itu bertujuan untuk memajukan program kontroversial Presiden Myanmar saat itu Tin Sein untuk mengirim Muslim Rohingya ke negara lain. Satu bulan kemudian, lebih banyak kekerasan terjadi di bagian Rakhine.
Pada tanggal 1 Juli 2013, majalah Time menulis artikel yang menjelaskan tindakan dan keyakinan Wirathu, menyebutnya sebagai "wajah teror Buddha". Biksu itu kemudian dikenal sebagai Bin Laden Buddha oleh jurnalis dan aktivis media.
Tindakan dan pidato Wirathu dan kepemimpinan gerakan 969 telah menimbulkan banyak kritik di Myanmar. Aktivis pro-demokrasi Myanmar Maung Zarni, misalnya, mengutuk gerakan 969 pada April 2013 karena menyebarkan ujaran kebencian, dengan mengatakan bahwa negara-negara UE harus menanggapi masalah ini dengan serius karena Myanmar adalah "penerima utama bantuan UE". Terakhir, pada 2019, Wirathu dilarang berbicara dan bertindak karena menghina Aung San Suu Kyi dan dijatuhi hukuman penjara. (hry)