IQNA

The Economist:

Kematian Bertahap Muslim Rohingya Setelah Bertahun-tahun Terlantar

9:48 - August 25, 2022
Berita ID: 3477212
TEHERAN (IQNA) - Pada peringatan kelima pengusiran paksa minoritas Muslim Rohingya dari rumah mereka di Myanmar, hari ini sekitar 140.000 orang tinggal di kamp-kamp.

“Majalah The Economist menulis dalam sebuah laporan tentang situasi Muslim Rohingya bahwa pembantaian 2012 membuka jalan bagi pertumpahan darah yang lebih besar, ketika pada tahun 2017, pasukan keamanan Myanmar melakukan pembunuhan massal, pemerkosaan dan pembakaran di utara Rakhine dan akibatnya sekitar 750 ribu orang dari Rohingya melarikan diri ke Bangladesh; yang kini menjadi kamp pengungsi terbesar di dunia,” Menurut Iqna, mengutip Aljazeera.net.

Majalah itu mencatat bahwa pergi ke Bangladesh agak mudah pada awalnya. Tetapi pemerintah Bangladesh secara bertahap memandang para pengungsi sebagai beban di pundaknya, dan kekerasan menyebar di kamp-kamp; sebagian besar kekerasan dilakukan oleh aparat keamanan pemerintah.

The Economist menambahkan, saat ini, sekitar seperlima dari minoritas Rohingya yang tersisa di Myanmar tinggal di sebuah tempat yang disebut kelompok penekan Fortify Rights sebagai "kamp penahanan modern"; kamp-kamp tersebut awalnya dirancang untuk bertahan hanya dua tahun dan banyak yang telah terkena dampak parah oleh banjir dan musim hujan selama dekade terakhir.

PBB mengatakan kondisi itu tampaknya merupakan kematian yang lambat bagi Rohingya; Karena populasi mereka menurun drastis di Myanmar.

The Economist percaya bahwa selama tentara Myanmar berkuasa, situasi Rohingya tidak mungkin berubah. (HRY)

 

4080338

captcha