Menurut laporan IQNA, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI, Djatmiko Bris Witjaksono mengungkapkan, bahwa proses perundingan berlangsung lancar dan kedua pihak saling menunjukkan fleksibilitas.
"Alhasil sebagian besar isu berhasil disepakati. Saya yakin, dengan komunikasi yang intensif dan kolaborasi yang baik, beberapa isu yang tertunda lainnya akan dapat segera diselesaikan,” jelas Djatmiko, seperti dilansir dari Kemendag.go.id, Kamis (6/10/2022).
Menurut Djatmiko, Iran merupakan mitra dagang nontradisional yang sangat potensial bagi Indonesia dan perlu digarap secara optimal.
"Untuk itu, kelanjutan perundingan PTA dengan Iran diharapkan akan membuka peluang bagi Indonesia dalam meningkatkan ekspor menuju pasar yang lebih luas,” tandasnya.
Lebih lanjut, Djatmiko menjabarkan, pembahasan naskah PTA tersebut mencakup dua aspek utama, yaitu perdagangan barang dan ketentuan asal barang.
“Terkait aspek perdagangan barang, kedua pihak sepakat untuk memasukkan kerja sama imbal dagang. Hal ini sebagai bentuk fasilitasi perdagangan dalam rangkamendorong peningkatan perdagangan bilateral," imbuhnya.
Di samping naskah perjanjian, lanjut Djatmiko, kedua pihak juga membahas isu akses pasar mengenai cakupan produk yang akan diberikan tarif preferensi. Keduanya telah melakukan pertukaran daftar produk yang menjadi kepentingan masing-masing pihak agar dapat diberikan tarif preferensi.
“Indonesia dan Iran memiliki semangat yang sama untuk segera menyelesaikan perundingan PTA. Penyelesaian perundingan diharapkan dapat diumumkan saat kunjungan Presiden Iran ke Indonesia yang rencananya dijadwalkan pada akhir bulan Oktober 2022,” tukas Djatmiko.
Untuk informasi tambahan, Delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono dan didampingi Direktur Perundingan Bilateral, Johni Martha.
Sedangkan Delegasi Iran dipimpin Head of International Agreements, Vice-Presidency for Legal Affairs (LVP), Vice Presidency of the Islamic Republic of Iran, Mehdi Piri.
Perlu juga diketahui, bahwa sejak Januari hingga Juli 2022, total perdagangan Indonesia-Iran mencapai USD 163,2 juta atau meningkat 62,33 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu, total perdagangan kedua negara pada 2021 mencapai USD 208,8 juta atau menurun 3,33 persen dibanding 2020.
Pada 2021, ekspor Indonesia ke Iran USD 187,2 juta atau turun 5,60 persen, dan impor Indonesia dari Iran USD 21,6 juta atau naik 22,10 persen. Indonesia mencatatkan surplus USD 165,5 juta terhadap Iran.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Iran adalah kacang, minyak kelapa sawit, sepeda motor, serat kayu, dan asam lemak monokarboksilat industri.
Sementara itu, komoditas impor utama Indonesia dari Iran adalah turbo jet dan turbin gas lainnya, kurma, batang besi atau baja, instrumen, apparatus dan model yang dirancang untuk keperluan peragaan, serta alkaloid. (HRY)
Sumber: hajiumrahnews.com