“Pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman pada Sabtu, 7 Januari menyelenggarakan peringatan syahidnya komandan perlawanan, syahid Haji Qassem Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis, dengan dihadiri banyak menteri dan anggota DPR dan militer, keamanan, ulama dan tokoh-tokoh sosial negara ini,” Menurut Iqna mengutip Al Ahed.
“Tidak mungkin mengalahkan front perlawanan dan melenyapkannya, terutama karena saat ini cakupannya telah meluas dan front ini telah menjadi sumber teknologi militer,” kata Abdul Aziz bin Habtour, Perdana Menteri Yaman dalam pidatonya pada acara ini.
Bin Habtour menilai acara peringatan Syahid Soleimani sebagai tanda solidaritas antar elemen front perlawanan yang dibentuk sesuai dengan kehendak rakyat, kemanusiaan dan agama untuk pembebasan Quds.
Mengacu pada penderitaan rakyat Palestina yang menimpa mereka sebagai akibat dari proyek Zionis, Barat, kolonial dan Amerika, dia berkata: “Orang-orang ini telah menjadi sasaran pembunuhan, pemindahan dan pendudukan selama tujuh puluh tahun, dan sebuah rencana telah dibuat untuk membasmi mereka dari tanah mereka.”
Dia memberi hormat kepada jiwa para komandan dan pejuang Front Perlawanan Syahid dan berkata, umat Islam Arab tidak akan pernah dikalahkan dan tidak akan pernah mati. Karena manusia merdeka lahir dan besar di dalamnya, dan gagasan jihad dan perlawanan mengakar di antara mereka.
“Segera, kaum revolusioner dari Semenanjung Arab dan khususnya Arab Saudi akan bergabung dengan poros perlawanan, yang dimulai dari Teheran di timur dan meluas ke Suriah, Yaman, Lebanon, Irak, Tepi Barat, dan Jalur Gaza,” ucap Bin Habtour.
Dalam acara ini, Khaled al-Batsh, anggota kantor politik gerakan Jihad Islam Palestina, Hujjatul Islam Muhammad Hassan Akhtari, mantan sekretaris jenderal Majma’ Jahani Ahlulbait (as), Abu Alaa al-Walai, sekretaris jenderal kitab Seyyed al-Shuhada Irak, dan Syekh Jassim al-Mohammed Ali, anggota Asosiasi Oposisi Semenanjung Arab Saudi juga memberikan pidato dalam bentuk video. (HRY)