“Bulan puasa di Suriah sangat sakral sehingga pemeluk agama minoritas seperti Kristen Suriah dan Armenia, yang jumlahnya tidak sedikit di Suriah, selalu menahan diri untuk tidak makan dan minum di tempat umum selama bulan ini untuk menghormati Muslim,” menurut Iqna, mengutip Independent Arab.
Anak-anak kecil juga demikian di bulan mulia ini. Meskipun mereka tidak diwajibkan berpuasa menurut syariat, namun makan dan minum di bulan ini pun diam-diam dianggap sebagai mimpi buruk bagi anak-anak karena diejek oleh teman sebayanya. Jika anak-anak melihat temannya makan atau minum, mereka akan mengolok-oloknya dengan membacakan puisi.
Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa puasa di usia muda akan berbahaya bagi kesehatan anak, hal inilah yang dibahas oleh Jamal Mohabek, seorang peneliti budaya rakyat Suriah tentang cara umum puasa anak di Suriah.
Menurutnya, cara ini disebut "tahapan merpati". Cara puasa ini mengajarkan anak-anak kemungkinan meniru orang dewasa dan mempersiapkan puasa, melindungi mereka dari ejekan teman sebaya, dan juga mencegah kerusakan fisik pada mereka.
Dalam metode ini, sesuai dengan kemampuan mereka, anak-anak menghindari makan dan minum sampai menjelang siang, siang dan sore, kemudian mereka meminum air dan memakan makanan. Anak yang berpuasa sampai berbuka disebut puasa tahap burung pipit, anak yang menunggu sampai tengah hari disebut puasa tahap merpati dan anak yang bertahan sampai malam hari disebut puasa tahap rusa.
Menurut Jamil Termanini, seorang peneliti di bidang hukum dan hak, puasa dengan cara ini tidak bertentangan dengan kebutuhan untuk berbaik hati kepada anak-anak, karena selain bisa merasakan puasa, juga mengajarkan tanggung jawab; sesuatu yang dapat dianggap sebagai bagian penting dari pendidikan di masa kecil. (HRY)