IQNA

Mualaf Jepang:

Perjanjian Malik Asytar Penuh dengan Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia

9:55 - April 10, 2023
Berita ID: 3478242
TEHERAN (IQNA) - Fatemeh (Etsuko) Hoshino, dalam pertemuan "Nahjul Balaghah Kitab Kehidupan", mengacu pada fashohah dan balaghah ucapan-ucapan Amirul Mukminin Ali (as) di Nahjul Balaghah dan menganggap perjanjian Malik Asytar sangat penting dalam bidang hak asasi manusia.

Menurut IQNA, pertemuan "Nahjul Balaghah Kitab Kehidupan" digelar dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, Jumat malam, 7 April, di stan kebangkitan internasional pembacaan Nahjul Balaghah di Pameran Alquran Internasional ke-30.

Fatemeh (Etsuko) Hoshino, seorang mualaf baru dari Jepang, dan Sheikh Bahauddin al-Naqshbandi dari Irak Kurdistan termasuk di antara para pembicara.

Fatemeh Hoshino membagikan kisah hidupnya dan bagaimana dia tertarik pada Islam dan Syiah selama pidatonya di pertemuan ini.

Perjanjian Malik Asytar Penuh dengan Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia

Hoshino menyatakan bahwa dia adalah penganut agama Buddha pada awalnya. “Banyak orang Jepang yang memiliki dua agama sekaligus, yaitu pada saat yang sama mereka beragama Buddha, mereka juga mengikuti Shinto. Sejak awal, saya memiliki semangat ingin tahu dan bertanya pada diri sendiri, tetapi saya tidak menemukan jawaban atas pertanyaan saya dalam agama dan ritual yang saya ketahui. Saya juga mengenal Alkitab dan acara gereja, tetapi saya merasa bahwa kekristenan tidak dapat menjawab semua pertanyaan saya,” ucapnya.

Mualaf baru ini berkata, saat saya pertama kali menjadi seorang Muslim, saya melakukan perjalanan ke Korea Selatan. Seseorang di sana mengatakan kepada saya untuk tidak terlalu banyak mendengarkan Muslim Iran dan Irak. Awalnya saya kesal, tapi kemudian saya mengerti perbedaan agama dalam Islam dan mulai mengkaji masalah ini dengan rasa ingin tahu.

Perjanjian Malik Asytar Penuh dengan Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia

“Salah satu topik yang menarik perhatian saya adalah di Nahjul Balaghah surat Ali bin Abi Thalib (as) kepada Malik Asytar. Dalam surat ini, Ali (as) bahkan menekankan penghormatan terhadap hak-hak musuh sebagai hamba Tuhan. Dia melihat semua manusia dalam garis yang sama dan tidak membedakan esensi manusia,” ucap Fatemeh Hoshino.

Perjanjian Malik Asytar Penuh dengan Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia

“Surat Ali (as) kepada Malik Asytar penuh ketulusan niat dan telah diperkenalkan sebagai surat yang paling adil dalam sejarah manusia, namun banyak orang di Jepang tidak mengetahui hal itu,” lanjutnya.

“Saya memulai penelitian saya tentang Islam dari sebuah peristiwa yang terjadi di Amerika, dan peristiwa itu adalah 11 September,” ucap Muslim Jepang yang baru ini tentang bagaimana dia mengenal Islam. (HRY)

Perjanjian Malik Asytar Penuh dengan Dasar-Dasar Hak Asasi Manusia

4132157

captcha