Salah satu metode dimana seseorang dapat memberikan dampak pendidikan kepada audeiens adalah metode doa. Dalam arti sebenarnya, doa berarti bahwa makhluk yang berada pada tingkat yang lebih rendah dalam hal pangkat dan status harus meminta kepada Tuhan, yang sama sekali tidak membutuhkan, karena kerendahan hati dan ketidakberdayaan.
Ketika kita bertemu dengan berbagai bangsa, agama, dan adat istiadat yang berbeda, kita melihat bahwa masing-masing dari mereka memiliki doa khusus untuk diri mereka sendiri.
Hikmah dan filosofi doa yang paling penting adalah bahwasanya doa merupakan pernyataan pengabdian dan mengungkapkan kefakiran serta ketergantungan pada sumber Tuhan yang tak terbatas. Poin lain yang ada dalam doa dan membuktikan penghambaan manusia dengan cara lain adalah bahwa Tuhan sendiri yang memerintahkan tindakan ini dan berdoa adalah salah satu perintah ilahi.
Nabi Musa (as) sebagai salah satu nabi kita yang mulia menggunakan metode ini, yang dapat Anda baca di bawah ini:
Nabi memutuskan untuk pergi ke tanah Madyan, yang terpisah dari wilayah Mesir dan kekuasaan firaun. Setelah meninggalkan Mesir dan melakukan perjalanan jauh, Nabi Musa (as) memasuki Madyan, di mana ia bertemu dengan putri-putri Nabi Syu’aib (as), Nabi menimba air untuk putri-putri Syu’aib (as) dari sumur, dan tidur di bawah naungan pohon dengan perut lapar, dan mempersembahkan dirinya kepada Tuhan.
فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (QS. Al-Qasas: 24)
Meskipun nabi Musa lelah dan lapar, dan dia adalah seorang asing dan sendirian di kota itu, dan dia tidak memiliki tempat berteduh, tetapi pada saat yang sama, dia tidak terburu-buru, dia sangat sopan bahkan ketika mengajukan permintaan, dia tidak langsung berkata: Tuhan, lakukan ini dan itu.
Artinya, dia hanya memberi tahu kebutuhan dan keperluannya serta menyerahkan sisanya pada lutf Allah swt.
Nabi Musa (as) menjadi sadar akan keagungan misinya dan meminta Tuhan untuk memenuhinya. Ketika dia pergi ke Fir'aun, dia meminta Tuhan untuk kemurahan hati dan kekuatan untuk menanggung kesulitan, karena kualitas ini diperlukan untuk seorang guru.
Karena sarana kemenangan pertama bagi jiwa yang besar adalah pikiran yang luhur dan kecerdasan yang kuat, dengan kata lain, dada yang lapang. Musa berkata:
قالَ رَبِّ اشْرَحْ لِی صَدْرِی
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku”. (QS. Taha: 25)
Perlu dicatat bahwa investasi pertama untuk seorang pelatih adalah keterbukaan pikiran, kesabaran, daya tahan, keberanian, dan memikul masalah. (HRY)