Menurut Iqna, mengutip Al Jazeera, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mendaftarkan perayaan kelahiran Nabi Muhammad saw di Sudan dalam daftar warisan budaya tak benda dunia.
Dewan Nasional Warisan Budaya negara ini mempresentasikan berkas perayaan ini pada pertemuan Komite Internasional untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda UNESCO, dan pada pertemuan UNESCO yang diadakan September lalu di kota Kasan di Republik Botswana, dua unsur budaya Sudan dimasukkan dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda Dunia, UNESCO mendaftarkan yang pertama sebagai "ukiran pada logam" bersama dengan beberapa lainnya. Yang kedua adalah perayaan Maulid Nabi yang didaftarkan tersendiri atas nama negara ini. Jumat lalu, perwakilan UNESCO menyampaikan konfirmasi resmi pendaftaran ini kepada Kedutaan Besar Sudan di Paris.
UNESCO menekankan pentingnya unsur budaya Sudan ini dan pendaftarannya sebagai bagian dari warisan budaya tak benda dunia. Keputusan ini dalam rangka upaya internasional untuk melestarikan dan mendokumentasikan warisan budaya unik umat manusia.
Perayaan Maulid Nabi saw di Sudan menjadi salah satu contoh kaya dan beragamnya warisan budaya Islam di negara ini. Masyarakat Sudan mengadakan perayaan besar pada hari ini, yang diiringi dengan ritual lokal seperti melantunkan doa dan membagikan manisan khusus. Di semua kota di negeri ini, terdapat alun-alun bernama Milad Square (Sahahaal-Maulid) yang khusus diperuntukkan bagi perayaan Maulid Nabi. Orang-orang mendirikan tenda di alun-alun ini untuk menyambut orang siang dan malam saat perayaan dimulai.
Perayaan ini adalah salah satu adat istiadat yang mengakar di Sudan; masyarakat berdatangan dari tempat ibadah ke jalan beberapa minggu sebelum hari lahir Nabi (saw), yang bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal setiap tahun Hijriah, dan perayaan ini berlanjut hingga berakhirnya Rabiul Awwal.
Pada kesempatan kali ini, di kota Khartoum akan didirikan tempat-tempat penjualan manisan dan stan-stan kelompok sufi, di mana akan diadakan program keagamaan dan pertemuan zikir dan madah Nabi Muhammad (saw).
Selain itu, orang dewasa dan anak-anak juga mengenal hadis dan kehidupan Nabi serta membaca Alquran dengan berdiri melingkar. Dalam perayaan ini, makanan dan pakaian dipersembahkan kepada orang miskin dan yang membutuhkan.
Masyarakat Sudan menganggap momen ini seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Dengan membeli pakaian dan oleh-oleh, keluarga Sudan menciptakan gambaran dan kenangan indah di benak anak-anak, yang membantu menjaga suasana perayaan ini dari generasi ke generasi, dan meskipun terjadi perubahan gaya hidup selama beberapa dekade, perayaan ini diadakan dengan megah setiap tahunnya. (HRY)