Menurut Iqna, webinar internasional “Palestina dalam Pemikiran Syahid Mutahhari digelar secara online hari Rabu, 1 Mei, pukul 10.30 WIB dari perangkat Iqna di https://www.aparat.com/iqnanews/live.
Ali Mutahhari, putra Syahid Mutahhari dan anggota fakultas Universitas Teheran; Talal Itrisi, Profesor Universitas Lebanon, Sattar Qasim Abdullah; Yasin Fazl Al Mousavi, profesor Universitas Dhi Qar Irak; Pemikir Bahrain dan Hujjatul Islam Shafiq Jaradi, Direktur Lembaga Penelitian Studi Keagamaan dan Filsafat di Lebanon, berbicara dalam webinar ini.
Talal Atrisi, seorang profesor di Universitas Lebanon, menekankan: “Menurut Syahid Mutahhari, sepanjang sejarah, tanah Palestina tidak dimiliki oleh orang-orang Yahudi, dan ketika tentara Muslim menaklukkan tanah ini, orang-orang Kristen dan Palestina hadir di dalamnya, bukan orang Yahudi. Di semua peta lama tertulis nama "Palestina" yang artinya wilayah tersebut adalah tanah Palestina dan bukan milik orang Yahudi.”
Penjelasan perkataan Talal Atrisi dalam webinar kali ini adalah sebagai berikut:
Syahid Mutahhari yang syahid pada awal kemenangan Revolusi Islam Iran meninggalkan warisan besar dan penting dalam bidang intelektual, ideologi, sosial dan dalam menyikapi kecenderungan permusuhan terhadap pemikiran Islam.
Namun yang menarik perhatian kita adalah bahwa tokoh intelektual, politik dan sosial ini, ketika ia berjuang di semua bidang melawan Shah, tirani dan penyimpangan intelektualnya, memiliki pandangan yang jelas dan strategis terhadap isu dan bangsa Palestina.
Masalah-masalah ini perlu diketahui untuk memahami sikap Syahid Mutahhari. Pertama-tama, Syahid Mutahhari tidak menganggap penindasan ini ada hubungannya dengan pandangan Islam dan agama dan tidak menerimanya, sebagaimana Imam Husein (as) tidak menerima penindasan, kerusakan, dan kezaliman pada hari Asyura. Syahid Mutahhari juga menggunakan sudut pandang yang sama untuk menolak dan tidak menerima penindasan terhadap bangsa Palestina.
Poin penting kedua yang banyak ditulis dalam diskusi adalah bahwa Barat dan rezim Zionis telah menulis dan mempertahankan posisi ideologis dan keagamaan bahwa sejarah bangsa Arab Palestina adalah milik bangsa Yahudi dan hak mereka. Syahid Mutahhari telah menjawab persoalan ini dalam sejumlah pidato dan tulisannya bahwa hak tersebut palsu dan merupakan klaim dusta. (HRY)