IQNA

Catatan

Dari Asyura hingga Dzuhur; Perlawanan, Warisan Huseini dan Harapan Kaum Tertindas

11:04 - July 24, 2025
Berita ID: 3482414
IQNA - Dari jantung Karbala, tumbuh sebuah tunas muda yang kini, dengan perlawanan Islam yang dipimpin oleh Iran, telah menjadi syajarah thayyibah, yang membuka jalan bagi munculnya peradaban baru yang berdasarkan keadilan dan spiritualitas.

Hujjatul Islam Syekh Mohammad Hadi Maleki, seorang peneliti dan aktivis internasional dari hauzah Najaf al-Asyraf, telah mengkaji geometri baru kekuatan Islam dan peran penting Iran serta poros perlawanan dalam sebuah catatan untuk IQNA berjudul "Dari Asyura hingga Dzuhur/Kemunculan; Perlawanan, Warisan Huseini, dan Harapan Kaum Tertindas."

Isi catatan tersebut adalah sebagai berikut:

Dari jantung Karbala, tumbuhlah sebuah tunas muda yang kini, berkat perlawanan Islam yang dipimpin Iran, telah tumbuh menjadi syajarah thayyibah dan sedang membuka jalan bagi munculnya peradaban baru yang berlandaskan keadilan dan spiritualitas.

Di ambang transformasi yang luar biasa, dunia Islam tengah menyaksikan pertumbuhan sebuah bibit yang benihnya ditanam di Karbala dan kini disirami dengan darah para syuhada perlawanan. Iran, sebagai tulang punggung gerakan suci ini, tak hanya menantang persamaan kekuatan global, tetapi juga, terinspirasi oleh ajaran-ajaran Asyura, tengah membuka jalan bagi kemunculan peradaban baru yang berlandaskan keadilan dan kebangkitan Islam.

Kemerdekaan dan Kedigdayaan: Kunci Melawan Dominasi

Selama beberapa dekade, tatanan internasional pasca-Perang Dunia II dirancang sedemikian rupa sehingga lima kekuatan besar, dengan memegang hak veto di Dewan Keamanan, memonopoli kerangka pengambilan keputusan global. Setiap aktor yang menyimpang dari model yang dipaksakan ini dicap sebagai "negara jahat". Namun, pengalaman Republik Islam Iran, sejak kemenangan Revolusi Islam, telah menunjukkan bahwa model hegemonik ini dapat ditentang dan bahkan dihancurkan, asalkan kemerdekaan sejati, internalisasi kedigdayaan, dan bersandar pada kehendak rakyat diupayakan sebagai prinsip-prinsip fundamental.

Dari Perlawanan hingga Dzuhur/Kemunculan; Relasi Ideologis Iran dengan Umat Islam

Iran tidak hanya menentang struktur dominasi global sebagai negara merdeka, tetapi juga memperkenalkan solusi alternatif; solusi yang dikenal sebagai "perlawanan" dan tujuannya bukanlah untuk mencari dominasi, melainkan untuk mendukung kaum tertindas, memastikan martabat Umat Islam, dan membuka jalan bagi kemunculan yang dijanjikan (dzuhur al-Mau’ud). Bertentangan dengan apa yang disebarluaskan oleh media Barat, Iran tidak sedang berupaya membangun kekaisaran, melainkan untuk memenuhi janji yang berakar dalam keyakinan Syiah: pembentukan komunitas global yang berorientasi keadilan di bawah kepemimpinan Imam Zaman (afj). Solusi ini melampaui Iran dan secara bertahap meluas dalam geografi poros Perlawanan: Irak, Suriah, Lebanon, Yaman, dan wilayah lain di dunia Islam, semuanya menjadi mata rantai dalam rantai strategis ini. Hubungan Iran dengan negara-negara ini tidak didasarkan pada kepentingan jangka pendek, melainkan pada tujuan ideologis dan historis jangka panjang.

Syajarah Thayyibah Perlawanan; berakar dan kokoh di jalan menuju dzuhur

Pembunuhan para komandan besar Garda Revolusi di Iran dan para pemimpin perlawanan terkemuka, seperti pemimpin perlawanan, syahid Sayyid Hasan Nasrullah, serta para komandan di Lebanon, Irak, dan Suriah, merupakan upaya terencana untuk memutus jalur menuju solusi ini. Namun, apa yang dilakukan sebagai respons justru bertentangan dengan harapan musuh: Respons tersebut merupakan respons yang strategis, seimbang, dan bermakna. Slogan-slogan seperti "Ya Mahdi Adrikna " yang tertulis di rudal bukan sekadar simbol emosional, melainkan refleksi dari pandangan dunia yang hidup dan berkelanjutan yang menunjukkan bahwa jalan perlawanan masih tumbuh, berakar, dan terus berada di jalurnya untuk mencapai tujuannya, karena pemikiran ini sebagaimana halnya permisalan Ilahi yang berfirman:

أَلَمْ تَرَ کَیْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا کَلِمَةً طَیِّبَةً کَشَجَرَةٍ طَیِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَ فَرْعُهَا فِی السَّمَاءِ

Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimah ṭayyibah? (Perumpamaannya) seperti pohon yang baik, akarnya kuat, cabangnya (menjulang) ke langit”. (QS. Ibrahim: 24)

Saat ini, pohon perlawanan yang kokoh berakar dalam di bumi dan bercabang di surga, dan merupakan kehendak Ilahi bahwa garis ini akan menang.

Asyura dan Perlawanan; Relasi Anti-Penindasan dan Mencari Martabat

Mengingat kondisi regional saat ini yang berbarengan dengan bulan Muharram, "Bashiroh Huseini" menjadi lebih bermakna daripada sebelumnya. Kini, kemenangan perlawanan di medan perang mengingatkan kita pada Kebangkitan Asyura; semangat yang sama yang mewujudkan anti-penindasan, martabat, dan kesetiaan pada cita-cita melawan kekuatan arogan. Ketika sebuah rudal perlawanan mengguncang rezim Zionis, setiap ibu, anak, dan pemuda di Irak, Palestina, atau Yaman menganggap diri mereka bagian dari kemenangan ini.

Di penghujung, kita dapat mengatakan:

Saat ini, strategi perlawanan bukan hanya reaksi terhadap hegemoni Barat, tetapi juga tatanan alternatif baru; tatanan yang dibentuk berdasarkan kehendak bangsa-bangsa, keyakinan teguh, dan sentralitas keadilan. Iran, sebagai titik awal gerakan historis ini, telah mampu menantang persamaan global dan mematangkan solusi transnasional, trans-agama, dan trans-regional di tengah krisis-krisis yang ada. (HRY)

 

4295736

Kunci-kunci: Catatan ، asyura ، Kebangkitan ، perlawanan ، Warisan ، huseini ، Harapan ، Kaum ، tertindas
captcha