
Dalam pidatonya pada pertemuan Komite Sentral Partai Baath Sosialis Arab, yang diadakan pada hari Sabtu (04/05)di Istana Konferensi di Damaskus, Assad mengatakan “Bahkan dalam perang ekonomi atau perang teroris , tujuannya bukanlah kelaparan melalui ekonomi atau pembunuhan melalui terorisme, melainkan tujuannya adalah untuk mencapai budaya keputusasaan yang berubah seiring berjalannya waktu dan akumulasi ini menjadi sebuah doktrin atau sesuatu yang serupa dengan sebuah doktrin yang menggantikan doktrin dan prinsip lain, dan dengan demikian mendorong menuju penyerahan hak.”
Presiden al-Assad menegaskan bahwa topik yang paling penting dan menonjol saat ini adalah masalah Palestina, dan hal yang paling menonjol adalah kembalinya masalah Palestina ke permukaan, namun dengan cara yang belum pernah terlihat sebelumnya sejak kemunculannya mengenai isu ini pada tahun 1948.
Saat ini, keadilan atas isu ini telah menjadi jelas di tingkat dunia, dan kebenaran mengenai entitas tersebut telah terungkap, setidaknya di tingkat dunia, tentu saja, bukan di tingkat Barat, tetapi di tingkat dunia sejak Perjanjian Oslo ditandatangani.
Presiden al-Assad melanjutkan, “Hal ini akan menciptakan masalah ganda. Yang pertama adalah bagi entitas Zionis, yang hidup atas dasar simpati masyarakat Barat, tidak hanya politisi tetapi juga warga negara Barat secara umum sejak bulan-bulan pertama pemerintahannya. Masalah ini akan menimbulkan masalah bagi para politisi Barat yang mulai menghadapi konfrontasi dengan opini-opini publik di negara mereka.
Presiden Suriah Bashar al-Assad menekankan bahwa posisi negaranya tetap konsisten sejak munculnya perjuangan Palestina pada tahun 1948, menekankan bahwa negaranya tidak goyah sedikit pun meskipun ditengah berbagai situasi yang dialami Suriah. Ia menekankan bahwa negaranya akan memberikan segalanya sesuai dengan kemampuan untuk Palestina atau perlawanan apa pun terhadap “Israel” tanpa ragu-ragu.
“Posisi kami mengenai perlawanan dan posisi kami sehubungan dengan hal itu sebagai sebuah konsep atau praktik tidak akan berubah. Sebaliknya, hal ini menjadi lebih mapan,” katanya.
“Pengalaman telah membuktikan bahwa mereka yang tidak membuat keputusan sendiri tidak memiliki harapan untuk masa depan. tidak memiliki kekuasaan tidak ada nilainya di dunia ini; mereka yang tidak melakukan perlawanan untuk membela tanah airnya tidak layak mendapatkan tanah airnya,” tegas Presiden Suriah. (HRY)
Sumber: arrahmahnews.com