Menuru Iqna mengutip Arabi21, Pemilu AS tahun 2024 merupakan momen penting bagi banyak kelompok demografis, dan pemilih Muslim menghadapi situasi yang rumit.
Menurut laporan tersebut, para pemilih Muslim secara tradisional sangat condong ke Partai Demokrat, dan sering kali mengutip nilai-nilai yang sama mengenai keadilan sosial, hak-hak sipil, dan reformasi imigrasi. Namun, peristiwa yang terjadi belakangan ini – terutama konflik yang sedang berlangsung di Gaza – telah membawa perubahan signifikan dalam sikap mereka. Sedemikian rupa sehingga perang di Gaza menjadi faktor penting dalam perpecahan di antara pemilih Muslim, dan tanggapan pemerintahan Biden terhadap krisis ini telah banyak dikritik oleh komunitas Muslim. Banyak yang percaya bahwa bantuan militer AS ke Israel telah berkontribusi terhadap kekerasan terhadap warga Palestina, dan Biden belum cukup mengutuk tindakan Israel.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan perubahan nyata dalam dukungan pemilih Muslim terhadap pemilu 2024. Menurut jajak pendapat Council on American Islamic Relations (CAIR) yang dilakukan pada 30 dan 31 Oktober 2024, hanya 41 persen pemilih Muslim yang berencana mendukung kandidat Demokrat Kamala Harris. Sementara 42 persen menyatakan dukungan mereka terhadap Jill Stein, kandidat dari Partai Hijau. Hal ini menunjukkan adanya penurunan yang signifikan dalam dukungan umat Islam terhadap kandidat Partai Demokrat, yaitu antara 80 - 92 persen pada pemilu lalu.
Di sisi lain, tidak diterimanya calon dari Partai Republik (Donald Trump) oleh pemilih Muslim menunjukkan bahwa mereka menjauh dari calon dari dua partai utama dan beralih ke calon yang mendekati nilai-nilai yang mereka inginkan. (HRY)