Lebih dari setahun telah berlalu sejak dimulainya kejahatan Israel terhadap rakyat Gaza yang tak berdaya dan kesyahidan sekelompok pemimpin perlawanan, yang paling menonjol di antaranya adalah Syahid Sayyid Hasan Nasrullah, yang kini menjadi poros perlawanan di Palestina, Lebanon, Irak, Yaman dan Suriah dengan memperoleh pengalaman militer dan politik yang berharga, mereka telah memperoleh lebih banyak kekuatan dan mampu memberikan pukulan telak kepada rezim Zionis dan Amerika.
Syekh Ghazi Youssef Hanina, Ketua Dewan Pembina Asosiasi Cendekiawan Muslim Lebanon, berbicara kepada IQNA tentang peran poros perlawanan dalam perkembangan masa depan kawasan.
Pembentukan Poros Perlawanan, Inisiatif Imam Khomeini (qs)
Syekh Hanina mengatakan: “Tidak diragukan lagi bahwa poros perlawanan adalah inisiatif Imam Khomeini (qs) yang sejak awal Revolusi Islam mengemukakan teori mobilisasi 20 juta orang untuk pembebasan Palestina dan menempatkan bangsa Palestina dalam prioritas."
“Sejak saat itu, gerakan yang kemudian disebut sebagai poros perlawanan ini berperan utama dalam menghadapi arogansi Barat dan Zionisme serta teroris takfiri ISIS dan cabangnya di Suriah, Irak, Yaman, dan Lebanon,” imbuhnya.
Syekh Ghazi Hanina menambahkan: “Alhamdulillah, keinginan Imam telah terkabul hari ini di jalan yang diberkati ini dan berlanjut melalui kepemimpinan Imam Khamenei, dan gerakan ini masih hidup dengan dukungan proyek perlawanan dengan tujuan pembebasan Palestina.”
Mengenai kesyahidan Sayyid Hasan Nasrullah dan dimulainya era baru gerakan ini di bawah kepemimpinan Syekh Naim Qasim, Syekh Hanina mengatakan: “Menurut pendapat saya, semua akhlak dan keutamaan yang disebutkan dalam Alquran termanifestrasi dalam diri Sayyid Hasan Nasrullah”. Dia menekankan: “Hizbullah bukanlah sebuah partai politik, struktur dan organisasi yang akan hilang dengan kepergian rakyat dan komandannya; sebaliknya, itu adalah syariat, semangat, risalah dan madrasah.”
Tidak ada perbedaan antara keledai dan gajah
Syekh Ghazi Hanina mengatakan tentang terpilihnya Trump menjadi presiden AS dan kemungkinan perubahan kebijakan AS di Timur Tengah. “Keledai dan gajah adalah simbol dari dua partai demokratis dan republik di negara ini, dan masing-masing yang datang bekerja akan membentuk pemerintahan yang bodoh. Keduanya merupakan dua sisi mata uang yang sama dan kebijakan mereka terhadap Timur Tengah tidak akan jauh berbeda. Saya percaya bahwa Amerika Serikat tidak akan pernah memberikan dampak baik bagi bangsa Palestina, dan apa pun manfaatnya bagi rezim Zionis, dan Trump, yang telah memerintahkan penghentian bantuan kepada bangsa Palestina, tidak akan membantu mereka. Dan kebijakan-kebijakan Amerika, baik pada era Bush, Biden, atau Trump, sepenuhnya menguntungkan Israel dan belum serta tidak akan memberikan manfaat apa pun bagi negara-negara Islam,” ucapnya. (HRY)