Keagungan Sayyidah Az-Zahra dalam Riwayat Ahlussunah
Ada banyak hadis dan ucapan dalam sumber-sumber riwayat dan sejarah serta rijal Ahlussunah yang telah menuturkan keagungan dan kemuliaan az-Zahra (as), dan dapat dikatakan bahwa keutamaannya dimiliki oleh beliau telah disepakati oleh Syiah dan Sunni.
Kepribadian Fatimah az-Zahra (as) digambarkan dalam riwayat Ahlusunah sebagai wanita yang penuh keutamaan. Riwayat Ahlussunah dalam keutamaan Fatimah (sa) ada yang bersifat tafsir dan non tafsir. Riwayat tafsir menunjukkan kedudukan beliau dari sudut pandang Alquran dan mengungkapkan kepribadian Fatimah az-Zahra (as) dalam ungkapan-ungkapan ilahi.
Tentang kedudukan dan maqom Sayyidah az-Zahra (as) di kalangan Sunni, berbagai hal telah diriwayatkan;
Jalaluddin as-Suyuthi mempunyai kedudukan yang besar di kalangan ulama Sunni dalam bidang sastra, hadis dan tafsir.
Suyuthi mempunyai kitab yang berjudul “Musnad Fatimah”. Dalam buku ini, riwayat yang diriwayatkan oleh az-Zahra (as) dan juga riwayat yang dikumpulkan tentangnya. Salah satu pembahasan tentangnya terdapat pada surah an-Nur ayat 36 dimana Allah berfirman:
فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ
“(Cahaya itu ada) di rumah-rumah yang telah Allah perintahkan untuk dimuliakan dan disebut di dalamnya nama-Nya. Di dalamnya senantiasa bertasbih kepada-Nya pada waktu pagi dan petang”.
Seorang pria berdiri dan bertanya rumah manakah rumah-rumah ini? Rasulullah saw bersabda: Rumah ini adalah rumah-rumah para Nabi. Kemudian Abu Bakar berdiri dan menunjuk ke rumah Ali (as) dan az-Zahra (as) dan bertanya apakah rumah ini adalah salah satu rumah yang disebutkan dalam ayat ini? Nabi (saw) menjawab ya, rumah ini adalah salah satu rumah terbaiknya. Pembahasan ini disebutkan dalam buku “ad-Dur al-Mantsur” karya Suyuthi, jilid. 6, hlm. 203, di bawah ayat.
Diriwayatkan juga bahwa Aisyah bertanya kepada Nabi (saw) mengapa kamu begitu sering mencium Fatimah? Nabi saw bersabda bahwa asal usul Fatimah adalah dari buah apel surga dan apel ini diberikan sebagai hadiah kepada Nabi ketika beliau Mi’raj. Masalah ini disebutkan dalam ayat pertama surah al-Isra’, yang berkaitan dengan Mi’raj Nabi saw. (HRY)
