Menurut Iqna, mengutip humas dan informasi Organisasi Kebudayaan dan Komunikasi Islam, Fathimiyah Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI) bertepatan dengan kelahiran Sayyidah Fatimah az-Zahra (sa), menyelenggarakan webinar bertajuk "Pandangan Komprehensif kepribadian Sayyidah az-Zahra (sa)" dengan kehadiran para anggota Fathimiyah, mahasiswa dan masyarakat umum serta dengan sambutan dari para guru besar Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Sunan Gunung Jati Bandung, Universitas Teknologi dan Telekomunikasi Bandung serta Pusat Kajian Wanita dan Keluarga Organisasi dan Kerjasama Perwakilan Kebudayaan Republik Islam Iran di Indonesia.
Anna Farida Kurniasari, penulis dan peneliti, memaparkan dan menjelaskan kepribadian Sayyidah Fatimah (sa). Dengan memperkenalkan organisasi IJABI, ia berkata: Dalam organisasi Ahlulbait (as) di Indonesia, perempuan yang aktif di bidang studi perempuan, dengan berpusat pada Sayyidah az-Zahra (sa), telah melakukan kegiatan-kegiatan yang luar biasa”.
“Tulisan dan artikel di bidang ini harus tersedia bagi gerakan Ahlulbait (as),” tegasnya.
Cara terbaik untuk mengenal az-Zahra (sa) adalah Alquran dan kehidupan Nabi (saw).
Fatima Ebrahimi, anggota fakultas akademik Universitas Az-Zahra (sa), membahas karakteristik Sayyidah az-Zahra (sa) dan menambahkan: “Terlepas dari semua kesulitan dan hambatan, memainkan peran Sayyidah az-Zahra (sa) dalam menjadi seorang istri dan ibu serta mengurus rumah tangga, secara intelektual dan spiritual, masa sebelum dan sesudah menikah, ketekunan dan kesabaran, teladan dalam mempelajari ilmu dan pengetahuan serta mengajarkannya, telah tercatat dalam sejarah.”
Sayyidah az-Zahra (sa) adalah contoh paripurna pengorbanan, kedermawanan dan peran sebagai ibu
Dr. Neng Dara Affiah, salah satu guru besar Universitas Syarif Hidayatullah, Jakarta, mengangkat isu Sayyidah az-Zahra (sa) dari sudut pandang gerakan sosial dan politik. Ia menambahkan: “Misi terpenting Nabi itu dalam masyarakat pada masa itu adalah penjelasan secara sadar akan ajaran-ajaran-ajaran Ilahi.”
“Sayyidah Fatimah (sa) tidak hanya menjadi panutan dalam keimanan, pengorbanan dan kebaikan, tetapi juga merupakan simbol keagungan seorang ibu dan istri yang tidak mementingkan diri sendiri, yang sekaligus mendidik generasi mendatang, sebagai pemimpin yang bijaksana dalam masyarakatnya, memiliki kontribusi yang tak tertandingi dalam perubahan sosial dan budaya,” lanjut Dr. Affiah. (HRY)