“Dari hari ke hari, kita akan menyaksikan rakyat Suriah membebaskan negara mereka,” kata Ahmadian dalam latihan militer “Great Prophet 19” di Kerman pada hari Jumat.
Setelah runtuhnya rezim Bashar al-Assad, pasukan Israel bergerak ke zona demiliterisasi antara “Israel” dan Suriah serta merebut posisi strategis di wilayah selatan Suriah.
Surat kabar Israel, Haaretz, melaporkan pada hari Selasa bahwa citra satelit menunjukkan pergerakan pasukan Israel di sepanjang perbatasan Suriah. Militer Israel telah mendirikan setidaknya tujuh pos militer baru.
Pos-pos tersebut membentang dari sisi Suriah Gunung Hermon di bagian utara zona demiliterisasi hingga Tel Kudna di selatan, dekat perbatasan antara wilayah pendudukan Palestina, Suriah, dan Yordania.
Basis militer baru ini berlokasi di Gunung Hermon, Hader, Jubata al-Khashab, al-Hamidiyah, Quneitra, al-Qahtaniyah, dan Tel Kudna.
‘PERLAWANAN LAHIR KEMBALI’
Ahmadian juga mengecam ilusi Israel yang menganggap keberhasilan kecil dalam perang sebagai kemenangan serta kegagalan Perlawanan. Sebaliknya, ia menegaskan bahwa Israel tidak berhasil meraih kemenangan nyata selama 15 bulan perang di Gaza dan justru mengalami kerugian besar.
“Israel kini menduduki Suriah yang tidak berdaya, dan ini bukanlah kemenangan,” ujar Ahmadian, seraya menambahkan, “Dari pendudukan Suriah hari ini, perlawanan baru akan muncul di tanah ini.”
Menyoroti semakin meluasnya gerakan Perlawanan secara global, Ahmadian menyatakan bahwa masyarakat yang memiliki nurani di seluruh dunia telah bersatu mendukung front Perlawanan sebagai respons terhadap kekejaman Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
Ia menegaskan bahwa perlawanan tidak terbatas pada satu perang atau periode tertentu. Musuh kini terkuras oleh budaya perlawanan yang mengakar kuat dan tidak bisa dimusnahkan.
“Musuh menjadi putus asa menghadapi budaya perlawanan,” katanya. “Perlawanan telah membuktikan bahwa ia tidak terbatas, melainkan selalu lahir kembali.” (HRY)
Sumber: arrahmahnews.com