Menurut Iqna mengutip situs informasi Kantor Pemimpin Tertinggi, salat Idul Fitri digelar Senin, 31 Maret, dengan kemegahan yang tak terlupakan dan padatnya kehadiran umat beriman dan terhormat di seluruh tanah air tercinta.
Di ibu kota, kerumunan orang yang tak terhitung jumlahnya, dengan hati penuh harapan akan rahmat dan pertolongan Tuhan, salat Idul Fitri dilaksanakan dengan dipimpin oleh Ayatullah Khamenei, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, di musholla Teheran dan jalan-jalan sekitarnya.
Dalam khotbah pertamanya, Ayatullah Khamenei mengucapkan selamat kepada bangsa Iran dan Umat Islam pada hari Idul Fitri, serta Nowruz, Tahun Baru, dan 12 Farvardin (hari raya besar penunjukan Republik Islam sebagai sistem pilihan bangsa). Beliau menyebut Ramadhan tahun ini sebagai bulan pertumbuhan rohani dan spiritual, seiring dengan upaya politik dan gerakan keagamaan bangsa.
Menurut Rahbar, Ramadhan sebagai salah satu nikmat ilahi yang paling agung, fenomena tauhid, dan kesempatan yang diberikan Allah kepada hamba-Nya untuk bertakwa dan mendekatkan diri kepada Allah, menyucikan jiwa dan ruh, serta memperbarui rohani. “Puasa, keakraban dengan Alquran, Lailatul Qadar, serta bermunajat, memohon, dan berdoa merupakan kesempatan yang sangat berharga dan memanusiakan di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini,” imbuhnya.
Pemimpin Revolusi menyebutkan maraknya keakraban dengan Alquran, maraknya sedekah dan buka puasa di masjid-masjid, pusat-pusat keagamaan, dan tempat-tempat umum, serta kehadiran semua lapisan masyarakat yang antusias dan padat, khususnya kaum muda dari berbagai kalangan, dalam salat, permohonan, dan tawassul, sebagai manifestasi Ramadhan, yang kaya dan penuh dengan spiritualitas bagi bangsa Iran. “Setiap orang hendaknya berusaha memanfaatkan dan menjaga capaian-capaian spiritualnya di bulan yang agung ini hingga Ramadhan tahun depan,” ucap Pemimpin Tertinggi Revolusi.
Dalam rangka mengapresiasi pawai penuh semangat dan bermakna bangsa Iran pada Hari Quds Internasional di hari Jumat terakhir bulan suci ini, Rahbar mengatakan: “Gerakan besar bangsa ini memiliki berbagai pesan bagi mereka di dunia yang perlu memahami dan mengenal bangsa Iran, yang telah sampai ke telinga mereka”.
Dalam khotbah kedua salat Idul Fitri, Ayatullah Khamenei menyebut genosida dan pembunuhan bayi yang dilakukan rezim Zionis di Gaza dan Lebanon sebagai penyebab kepahitan bangsa Islam selama bulan Ramadhan, dan berkata: “Kejahatan ini dilakukan di bawah bayang-bayang bantuan dan dukungan Amerika yang berkelanjutan terhadap geng kriminal perampas Palestina”.
Beliau menyebut rezim Zionis sebagai kekuatan proksi dari kaum kolonialis di kawasan tersebut dan menambahkan: “Orang-orang Barat berulang kali menuduh negara-negara pemberani dan pemuda-pemudi yang bersemangat di kawasan tersebut sebagai proksi, namun sangat jelas bahwa satu-satunya kekuatan proksi di kawasan tersebut adalah rezim korup yang melanjutkan dan menyelesaikan rencana negara-negara yang menguasai kawasan ini setelah Perang Dunia dengan membakar, melakukan genosida, dan memperparah keadaan negara-negara lain”.
Mengacu pada klaim antiteroris dari para penjajah yang menguasai dunia dengan uang dan media, Pemimpin Revolusi berkata: "Orang-orang yang sama ini, yang dalam pidato-pidato mereka menyebut pembelaan hak-hak dan tanah bangsa sebagai terorisme dan kejahatan, menutup mata terhadap genosida dan tindakan teroris langsung yang dilakukan oleh kaum Zionis atau bahkan membantu tindakan-tindakan tersebut."
Merujuk pada pembunuhan tokoh-tokoh seperti Abu Jihad, Fathi Shaqaqi, Ahmed Yassin, dan Imad Mughniyeh di berbagai negara oleh rezim Zionis, serta banyaknya pembunuhan ilmuwan Irak dalam operasi rezim tersebut, ia berkata: “Amerika dan sejumlah negara Barat membela tindakan-tindakan teroris yang nyata ini, sementara seluruh dunia hanya menonton”.
Ayatullah Khamenei mengutuk keras ketidakpedulian para pembela hak asasi manusia terhadap kematian sekitar 20.000 anak Palestina dalam waktu kurang dari dua tahun, dengan mengatakan: "Tentu saja, negara-negara di dunia, termasuk di Eropa dan Amerika, akan berdemonstrasi dan berkumpul melawan Zionis dan Amerika segera setelah mereka mengetahui kejahatan ini. Jika informasi lengkap diberikan, negara-negara tersebut pasti akan memperluas protes mereka."
Dalam semacam ringkasan fakta yang dikemukakan, beliau menegaskan: “Kelompok kriminal, jahat, dan pembunuh ini harus diberantas dari Palestina dan kawasan itu, dan ini akan terjadi atas kehendak dan kekuatan Tuhan, dan upaya dalam hal ini merupakan tugas agama, moral, dan kemanusiaan semua manusia”.
Mengacu pada stabilitas posisi Republik Islam terkait kawasan, Pemimpin Revolusi mengatakan: "Posisi kami stabil, dan permusuhan antara Amerika dan rezim Zionis sama seperti di masa lalu."
Di akhir khotbah keduanya, Ayatullah Khamenei mengemukakan dua poin penting tentang sikap mengancam Amerika Serikat akhir-akhir ini: Pertama, jika ada kejahatan yang dilakukan dari luar negeri, yang tentu saja kecil kemungkinannya, mereka pasti akan mendapat serangan balik yang kuat; dan yang kedua, jika musuh, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, berniat menciptakan perpecahan di dalam negeri, maka bangsa ini akan memberikan perlawanan keras terhadap para perusuh itu, sebagaimana yang terjadi pada tahun-tahun tersebut. (HRY)