Menurut Iqna mengutip Pusat Ideologi Al-Rasad, Syekh Farouk al-Jabouri, seorang ulama Irak, menulis dalam sebuah catatan mengenai peran Imam Ridha (as) dalam memperkuat akidah umat Islam:
Diketahui bahwa Imam Ridha (as) hidup pada akhir abad kedua dan awal abad ketiga kalender Islam, ketika gerakan ilmiah sedang gencar-gencarnya dan proses penyusunan serta penerbitan buku-buku disebarluaskan. Pada masa itu, penerjemahan buku-buku filsafat Barat menjadi populer dan banyak cendekiawan Muslim sepenuhnya menerima.
Mengingat kehadiran Imam Ridha (as) di bidang akidah merupakan sosok yang berpengaruh dan terkemuka, kita akan mengkaji isu-isu terpenting yang beliau angkat, terutama dalam prinsip-prinsip agama. Hal-hal tersebut meliputi:
Pertama: Prinsip Tauhid
Imam (as) membahas berbagai persoalan terkait tauhid, nama-nama Tuhan dan maknanya, serta sifat-sifat Zat Suci Tuhan, baik sifat-sifat tsubutiyah seperti ilmu dan kekuasaan maupun sifat-sifat salbiyah seperti kemustahilan melihat, pengingkaran tempat, dan sebagainya. [Musnad al-Imam al-Ridha (as) karya Atarodi, jild. 1, hlm. 9]
Kedua: Keadilan Ilahi
Bagi siapa pun yang telah mempelajari kitab-kitab ideologi dan teologis, jelaslah bahwa isu-isu terpenting keadilan ilahi adalah dua isu: qadha dan qadar, serta jabr dan ikhtiyar (kebebasan). Kedua isu ini telah menyita sebagian besar perhatian umat Islam dan para cendekiawan Muslim, dan telah menyebabkan munculnya berbagai mazhab Islam, yang terpenting di antaranya adalah Khawarij, Mujabbirah, dan Mufawwidhah, serta mazhab Amr baina Amrain, yang merupakan mazhab Ahlulbait (as).
Ketiga: Prinsip Kenabian
Dalam hal ini, Imam Ridha (as) menjelaskan persoalan-persoalan rumit yang belum dipahami manusia, sebagian berkaitan dengan kenabian umum dan sebagian lagi berkaitan dengan kenabian khusus. Beliau menjelaskan tentang para nabi; Adam, Ibrahim, Ismail, Yusuf, Musa, Yusa, Daniel, Khidir, Sulaiman, dan Isa (as) serta tentang nabi pilihan, Nabi Muhammad (saw). Di antara persoalan kenabian umum terdapat pernyataan Imam (as) tentang alasan perbedaan mukjizat para nabi (as), yang diriwayatkan oleh Syekh Kulaini dan Syekh Saduq dalam riwayat mereka dari Abu Yaqub al-Baghdadi, yang berkata: "Ibn al-Sikkit berkata kepada Abu al-Hasan al-Ridha (as): Mengapa Allah swt mengutus Musa bin Imran dengan tongkat, tangan bercahaya, dan alat ajaib, sementara Isa (as) dengan obat, dan Muhammad (saw) dengan pidato dan khotbah?!" Abu al-Hasan (as) berkata kepadanya: Ketika Allah swt mengutus Musa (as), sihir dan ilmu hitam adalah yang paling umum di antara orang-orang pada zamannya, maka ia membawa kepada mereka dari Allah swt sesuatu yang tidak dapat ditandingi oleh umat mana pun dan sesuatu yang membatalkan sihir mereka. Allah swt mengutus Isa (as) pada saat penyakit telah muncul dan orang-orang membutuhkan obat. Maka ia datang kepada mereka dari Allah swt dengan sesuatu yang tidak mereka miliki sebelumnya, dan dengan itu ia menghidupkan orang mati dan, dengan izin Allah, menyembuhkan orang buta dan orang kusta, dan dengan itu ia menegakkan hujjah terhadap mereka. Dan Allah swt mengutus Muhammad (saw) pada saat orang-orang pada zamannya sebagian besar terlibat dalam khotbah, ceramah, dan puisi. Maka ia datang kepada mereka dengan Kitab Allah swt, ajaran dan hukum-hukumnya, dan dengan itu ia membatalkan klaim-klaim mereka dan menegakkan hujjah terhadap mereka. Ibn Sikkit berkata: Demi Allah, aku belum pernah melihat orang sepertimu hari ini, "Siapakah hujjah (bukti) bagi makhluk-makhluk di masa sekarang?" Imam berkata, "Allah telah menganugerahimu akal, sehingga engkau dapat membedakan antara orang yang jujur tentang Allah dan orang yang berdusta." Ibnu Sikkit berkata, "Demi Allah! Ini benar." [Al-Kafi, jild. 1, hlm. 24, Uyun al-Akhbar, jild. 2, hlm. 85]
Keempat: Prinsip Imamah
Imam Ridha (as) memiliki pengaruh yang menonjol dalam masalah Imamah. Beliau mengangkat banyak persoalannya dengan penjelasan dan elaborasi yang mendalam, serta mengungkap banyak rahasianya, termasuk bahwa bumi tidak dapat bertahan tanpa seorang Imam, karena jika tidak, bumi akan menelan penghuninya, perbedaan antara seorang rasul, seorang nabi, dan seorang Imam, dan bahwa para Imam (as) adalah wali Allah di bumi, serta kewajiban para Imam (as) untuk bertaqiyyah dan bahwa mereka bertindak sesuai dengan itu dengan menerima secara paksa suksesi al-Ma'mun al-Abbas setelah diancam akan dibunuh.
Dan di antara pokok-pokok yang beliau sampaikan adalah pokok-pokok yang berkaitan dengan keyakinan al-Mahdi, seperti penantian akan datangnya hari kiamat, menyingkap sebagian tanda-tanda kedatangan hari kiamat, peringatan akan sebagian fitnah akhir zaman, pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa di masa kedatangan hari kiamat, gerakan Sufyani, dan masih banyak lagi yang lainnya [Musnad al-Imam ar-Ridha, oleh Atarodi, jild. 1, hlm. 216-228]
Namun, ada tiga karya Imam Ridha as yang paling menonjol terkait imamah:
Pertama: Uraian Imam Ridha as yang terperinci dan tepat tentang kedudukan imamah dan karakteristik imam, dengan kejelasan yang tidak menyisakan ambiguitas atau keraguan.
Kedua: Menetapkan dalil bagi ulama Sunni tentang masalah imamah Ilahi dan kaitannya erat dengan tauhid melalui hadis yang dikenal dengan hadis Silsilah Dzahab.
Ketiga: Melindungi kaum Syiah dari fitnah Waqifiyyah. Karena salah satu fitnah paling berbahaya yang menimpa kaum Syiah dan hampir menjerumuskan mereka ke jurang kehancuran terjadi pada masa Imam Ridha (as) Fitnah ini terjadi dengan munculnya Waqifiyyah, sekelompok oportunis yang bersama Imam Kazhim (as) dan menjadi wali amanat atas harta pribadi dan hadiah yang datang kepadanya dari kaum Syiah dan para pengikutnya. Imam sering membagikannya kepada kaum mukmin yang tertindas dan miskin. Ketika Harun Abbasi memenjarakannya dan masa penahanannya diperpanjang, harta tersebut dikumpulkan sebagai amanah dengan para oportunis ini dan terus bertambah.
Ini hanyalah setetes air dari lautan eksistensi suci Imam Ridha (as) dalam bidang akidah dan teologi, yang berakhir dengan sikap permusuhan pemerintah Abbasiyah terhadapnya dan penahanan rumahnya di tahun-tahun terakhir kehidupan mulianya. (HRY)
4301383