Menurut Iqna mengutip Kantor Hubungan Masyarakat Majma Jahani Taqrib Mazahib Islam, Menteri Luar Negeri Seyed Abbas Araqchi, pada Selasa pagi, 9 September, dalam pertemuan para pejabat Kementerian Luar Negeri dengan para tamu Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-39, menyatakan: "Saya sangat senang berkesempatan menghadiri pertemuan ini dan saya berterima kasih kepada Hujjatul Islam wal Muslimin Shahriari, Sekretaris Jenderal Majma Jahani Taqrib Mazahib Islam, atas penyelenggaraan pertemuan ini dan undangannya. Merupakan suatu kehormatan besar bagi saya untuk hadir di pertemuan ini."
Merujuk pada peringatan Maulid Nabi Muhammad (saw), ia menambahkan: “Hari-hari yang cerah ini merupakan kesempatan berharga untuk membahas persatuan dunia Islam dan mengkaji ancaman-ancaman yang ada terhadap bangsa Islam. Pekan Persatuan adalah wadah terbaik untuk membahas isu penting ini."
Menteri Luar Negeri negara kita menyatakan: “Maulid Nabi Muhammad (saw) yang penuh berkah memiliki keistimewaan tahun ini, karena bertepatan dengan peringatan 1.500 tahun kelahirannya. Peristiwa ini telah membuka jalan bagi perayaan yang lebih besar dan lebih meriah di dunia Islam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, pada pertemuan terakhir para Menteri Luar Negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), kami mengusulkan agar tahun ini dinamai "Tahun Persatuan" dan dibuat pengaturan khusus untuk memperingatinya, dan usulan ini juga telah dipertimbangkan."
Menekankan pentingnya persatuan Islam, Araqchi menyatakan: “Persatuan dunia Islam bukan sekadar cita-cita positif atau anjuran, melainkan saat ini merupakan kebutuhan nyata dan kewajiban agama. Kondisi umat Islam saat ini mengharuskan kita untuk memandang persatuan bukan sekadar kewajiban, melainkan pilihan”.
“Jika satu setengah miliar umat Islam bersatu, mereka dapat mengaktifkan kapasitas besar dan berkontribusi pada pertumbuhan, kemajuan, dan peningkatan dunia Islam,” lanjutnya.
Ia menambahkan: “Selagi kita merayakan maulid Nabi Muhammad (saw) yang penuh berkah dan berkumpul bersama, kita tidak boleh lupa bahwa saudara-saudari kita di Palestina, khususnya di Gaza, sedang mengalami genosida yang nyata setiap hari."
Menteri Luar Negeri mengatakan: "Rezim Zionis telah menekan orang-orang yang tak berdaya dengan menggunakan kelaparan sebagai senjata."
Merujuk pada diamnya komunitas internasional terhadap kejahatan rezim Zionis, ia menyatakan: “Sangat disayangkan dunia Islam tidak menunjukkan respons yang proporsional terhadap tragedi semacam ini. Tidak ada pilihan lain selain bersatu untuk menghadapi ancaman ini, dan ancaman ini pasti tidak akan terbatas pada Palestina. Sebagaimana telah kita saksikan, dampaknya telah terlihat di Lebanon, Suriah, dan bahkan dalam serangan terhadap Iran”.
Merujuk pada pentingnya persatuan praktis di dunia Islam, Araqchi mengingatkan: “Syarat untuk menghadapi musuh-musuh besar adalah persatuan tidak hanya sebatas kata-kata, tetapi juga harus disertai tindakan nyata. Mengeluarkan resolusi memang perlu, tetapi itu saja tidak cukup”. (HRY)