
Tandis Taghavi, kaligrafer, peneliti, duta seni dan budaya Pusat Koordinasi Kebudayaan Asia, dan instruktur seni di Universitas Soore, baru-baru ini berpartisipasi dalam Pameran Kaligrafi Iran-Korea Selatan di kediaman Kim Junpyo, duta besar Korea untuk Iran, dan memamerkan karya kaligrafinya.
Seniman perempuan ini telah menerima penghargaan tertulis dari Paus Fransiskus atas sumbangan surah Maryam (as) kepadanya. Karya-karyanya meliputi kaligrafi seluruh Alquran dalam khat Nastaliq, kaligrafi muraqqa’ munajat Imam Ali (as), muraqqa’ Qurani 40 ayat Alquran bertema "Hak-Hak Perempuan dalam Islam", kaligrafi surat Imam Ali (as) kepada Malik al-Asytar, dan kaligrafi ayat-ayat Alquran. Ia juga menulis "Peran Seni Kaligrafi Iran-Islam dalam Dialog Antaragama dan Interaksi Budaya di Asia Timur".
"Kupu-kupu Abadi 1 dan 2" adalah karya kaligrafi Tandis Taghavi, yang mengambil ayat-ayat Alquran dan ajaran dari Taurat, Alkitab, dan Buddha dengan tema keluarga untuk para pengunjung Pameran Kaligrafi Iran-Korea Selatan di Teheran.
Tandis Taghavi, dalam wawancaranya dengan IQNA, mengatakan tentang pameran kaligrafi ini: "Acara ini diselenggarakan atas permintaan Duta Besar Korea Selatan untuk Iran dalam rangka memperingati 63 tahun hubungan diplomatik antara Iran dan Korea Selatan, dengan tema penting keluarga, dan berlangsung setelah 9 tahun absennya para kaligrafer Korea di Iran."
Peneliti perempuan ini menambahkan: "Kaligrafi adalah seni peradaban di Asia Tenggara dan Timur Jauh, dan keluarga merupakan isu penting dan fundamental. Kegiatan yang berfokus pada isu ini akan sangat efektif, dan seni adalah alat yang akan melembutkan dan memfasilitasi jalan ini. Kita, sebagai orang tua generasi saat ini, harus lebih memperhatikan isu penting ini."

Kaligrafer negeri Iran ini melanjutkan: “Kupu-kupu merupakan lambang kebebasan dan pembebasan di negara-negara Asia Tenggara dan Korea, dan kupu-kupu, yang merupakan lambang kebebasan dan keabadian di Iran, adalah kaligrafi dalam "Kupu-Kupu Abadi 1 dan 2" dengan ayat-ayat Alquran dan ajaran dari Alkitab, Taurat, dan Buddha dengan tema keluarga”.
Perlu diketahui, dalam tradisi melukis Korea, terutama dalam lukisan Minhwa, kupu-kupu digambarkan di samping bunga dan melambangkan cinta, keharmonisan, dan kebahagiaan keluarga. Keterkaitannya dengan bunga dan burung menjadi pertanda umur panjang, kemakmuran, dan kehidupan yang penuh berkah. Dalam budaya populer, kupu-kupu juga merupakan simbol keindahan, keanggunan jiwa, dan kelembutan femininitas, sekaligus pengingat transformasi dan evolusi eksistensial.
“Dalam karya ini, saya telah mengaitkan kehalusan makna ini dengan empat helai kepompong, simbol keabadian dan kegigihan, untuk menyempurnakan desain kupu-kupu. Saya sengaja membiarkan kupu-kupu tanpa hiasan agar kemurnian spiritual karya ini, yang terinspirasi oleh ayat-ayat kitab suci dan ajaran Buddha yang berkaitan dengan keluarga, dapat terungkap sejelas-jelasnya,” tegas Tandis Taghavi.
Ia melanjutkan: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak” (QS. Al-Isra: 23); “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya kamu panjang umur dan berkecukupan di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu” (dari ajaran Taurat), “Hormatilah ayahmu dan ibumu – ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: Supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi” (dari ajaran Injil), dan “ada dua orang yang tidak pernah dapat dibalas budinya oleh seseorang. Apakah yang dua itu? Ibu dan Ayah” (dari ajaran Buddha) ditulis dalam kaligrafi di Kupu-Kupu Abadi 1.

Kaligrafer Iran itu juga mengatakan: Kupu-kupu Abadi 2 juga memuat ayat 187 dari surah Al-Baqarah: “Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka”; “Hai suami-suami, kasihilah istrimu, sama seperti Al-Masih telah mengasihi jemaah ” (Alkitab), “Seorang suami hendaknya memperlihatkan kasih sayang, kesetiaan, dan dukungan kepada istrinya, dan seorang istri hendaknya menjadi ibu rumah tangga, jujur, dan setia” (Buddha), “seorang laki-laki akan meninggalkan ayah serta ibunya dan hidup bersama-sama dengan istrinya, sehingga keduanya akan menjadi satu” (Taurat).

Tandis Taqavi menambahkan: “Kaligrafi adalah bahasa dialog peradaban antarbangsa yang sangat indah, yang dianggap sebagai warisan masa lalu, dan merupakan tugas kita untuk mewariskan bentuk terbaiknya kepada generasi mendatang." (HRY)
4312692