
Menurut Iqna mengutip Al-Bilad, Museum Besar Mesir" di dekat Tiga Piramida di Dataran Tinggi Giza resmi dibuka pada Sabtu malam, 1 November, setelah 20 tahun penantian dan beberapa kali penundaan; sebuah proyek bernilai miliaran dolar yang diharapkan dapat memamerkan kejayaan firaun dan membangkitkan kembali industri pariwisata negara yang sempat terpuruk.
Perdana Menteri Mesir Moustafa Madbouly mengatakan proyek bernilai miliaran dolar ini merupakan mimpi yang menjadi kenyataan.
Museum Besar Mesir menyimpan lebih dari 100.000 benda antik yang mencakup tujuh milenium sejarah Mesir. Karya-karya tersebut mencakup seluruh isi makam Tutankhamun, raja Mesir remaja, yang dipajang di satu tempat untuk pertama kalinya sejak ditemukan lebih dari seabad yang lalu.
Museum Besar Mesir; Sebuah Monumen Budaya
Ahmed Al-Tayeb, Syekh Al-Azhar, menggambarkan Museum Mesir sebagai monumen peradaban yang mencerminkan posisi unik Mesir dalam peradaban manusia sepanjang masa. Ia menekankan bahwa museum ini—insya Allah—telah, sedang, dan akan tetap menjadi mercusuar warisan, budaya, peradaban, dan kemanusiaan. Ia memuji upaya pemerintah Mesir dalam melestarikan warisan, mempromosikan nilai-nilai kekeluargaan, dan menanamkan keindahan serta cita rasa murni di hati generasi muda.
Melestarikan Monumen Kuno Adalah Kewajiban Agama
Syekh Al-Azhar melanjutkan, "Pada kesempatan yang baik ini, Al-Azhar mengenang kembali apa yang tertuang dalam pernyataan akhir Konferensi Dunia tentang Pembaharuan Pemikiran Islam, bahwa pelestarian warisan dan peninggalan sejarah merupakan kewajiban agama dan kemanusiaan, bahwa Islam menyerukan pelestarian manifestasi pembangunan di muka bumi, dan bahwa peninggalan sejarah merupakan warisan budaya yang menentukan sejarah bangsa-bangsa dan peradaban, dan bahwa menyerang peninggalan sejarah tersebut atau melakukan sesuatu yang mengubah sifat aslinya tidak boleh, melainkan harus dilindungi sebagai saksi peradaban bangsa-bangsa, sejarah, dan jalan mereka."
Peradaban dari Iman dan Hati Nurani yang Hidup
Syekh Usamah Al-Azhari, Menteri Wakaf Mesir, juga menunjukkan bahwa peradaban Mesir kuno, bertentangan dengan apa yang digembar-gemborkan sebagian orang, bukanlah peradaban batu dan berhala, melainkan peradaban iman dan hati nurani yang hidup. Ia mencatat: Ketika orang Mesir kuno memahat kuil dan membangun makam, mereka mengungkapkan keyakinan mereka yang mendalam akan kehidupan setelah kematian dan bahwa perbuatan baik, keadilan, dan kebenaran adalah kunci menuju keabadian dan kehidupan abadi.
Syekh Usamah Al-Azhari mengatakan bahwa pembukaan Museum Besar Mesir merupakan peristiwa luar biasa yang mengembalikan semangat abadi Mesir ke dalam kesadaran manusia dan mengubah tanah Kanaan menjadi pusat global bagi kecemerlangan peradaban, keindahan, dan kreativitas sepanjang masa.
Memperbarui Pesan Peradaban Mesir
Al-Azhari mengingatkan bahwa minat pemerintah Mesir dalam melestarikan warisan manusia dan budaya mencerminkan kelanjutan pesan para nabi dalam mengembangkan negeri dan mempromosikan nilai-nilai keindahan dan rasa memiliki, yang didasarkan pada firman Allah swt:
هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
“Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat lagi Maha Memperkenankan (doa hamba-Nya).” (QS. Hud: 61)
Ia mengisyaratkan bahwa Museum Besar Mesir bukan sekadar batu dan karang, tetapi memori suatu bangsa dan jiwa suatu peradaban.

79 Delegasi Resmi Berpartisipasi dalam Acara Pembukaan
Dr Salamah Juma Daud, Rektor Universitas Al-Azhar, mengungkapkan kegembiraannya atas acara akbar ini, yang menarik perhatian internasional dan dihadiri oleh 79 delegasi resmi dari seluruh dunia.
Menurut pejabat Mesir, museum dibuka untuk umum pada hari Selasa, 4 November. (HRY)