IQNA

Catatan

Serial Korea When Life Gives You Tangerines; Perilaku Manusia di Jalur Pengetahuan Diri dan Makna

14:20 - November 03, 2025
Berita ID: 3482953
IQNA - Serial Korea When Life Gives You Tangerines menggambarkan, dalam bentuk narasi romantis dan sosial, perjalanan spiritual jiwa manusia dari ketidakridhaan menuju ridha, dari penderitaan menuju makna, dan dari cinta duniawi menuju cinta ilahi.

Menurut Ikna, serial Korea When Life Gives You Tangerines adalah karya Kim Won-seok dan Lim Sang-choon; judul Korea serial ini dalam dialek Jeju berarti "Terima kasih atas kerja kerasmu" atau "Jangan lelah". Pulau ini terkenal dengan panen jeruk keproknya, yang melambangkan harapan, rasa syukur, dan identitas manusia. Sebuah metafora bahwa hidup memberi Anda segalanya, baik itu sulit maupun mudah, Anda harus bersyukur dan membuat manisan dari kesulitan dengan upaya dan usaha.

Pemilihan judul berbahasa Inggris When Life Gives You Tangerines mencerminkan suasana serial ini, yang berkisah tentang mengubah kesulitan hidup menjadi sesuatu yang lebih indah, bukan sekadar kesuksesan besar; melainkan tentang ketahanan, adaptasi, dan menemukan keindahan dalam keseharian.

Serial ini mengkisahkan seorang perempuan bernama Ae-sun dari masa kanak-kanak hingga usia tua, serta suka duka yang ia hadapi. Serial ini merupakan kumpulan kisah tentang untung dan rugi, kebahagiaan dan kegagalan, serta kisah tentang cinta, keluarga, usaha, kegigihan, dan kekuatan iman.

Secara lahiriah, karya ini mungkin tampak tentang cinta, kemiskinan, dan pertumbuhan pribadi, tetapi pada tingkat yang lebih dalam, ia membahas konsep-konsep yang diangkat dalam ajaran Alquran dan mistisisme Islam: penderitaan dan kesabaran, cinta dan kesetiaan, ridha dengan takdir, dan transformasi penderitaan menjadi makna.

Penderitaan dan Kesabaran; "Inna Ma’al “Usri Yusran"

Sepanjang seri, para tokoh bergulat dengan kesulitan hidup. Kemiskinan, keterbatasan sosial, kegagalan aspirasi, tetapi alih-alih melarikan diri dari kehidupan, mereka justru mencoba menemukan makna di dalamnya.

Sikap ini merupakan refleksi dari ayat 5 dan 6 surah Asy-Syarh: "Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan". Ayat ini mengungkapkan pesan utama seri ini dalam bentuk keimanan: kesulitan dan kemudahan tidak terpisah; dari kesulitan muncullah kemudahan.

Cinta dan kesetiaan; “Wa Ja’ala bainakum Mawaddatan wa rahmah”

Cinta antara Ae-sun dan Gwan-sik sederhana dan apa adanya; bukan didasarkan pada kegembiraan atau kesuksesan, melainkan pada ketahanan, kehadiran, dan pengorbanan.

Ayat 21 Surah Ar-Rum: “Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang.

Dalam Alquran, kasih sayang adalah cinta yang menuntun pada ketenangan dan kesabaran; bukan nafsu dan kegembiraan sesaat. Inilah jenis cinta yang digambarkan dalam serial ini.

Menerima dan Ridha terhadap takdir; "Radhiyallah anhum wa Radhu anhu"

Ae-sun berulang kali menghadapi kemunduran, tetapi pada akhirnya mencapai tahap keridhaan, bukan penyerahan diri secara pasif, melainkan pemahaman mendalam bahwa hidup tidak selalu berjalan sesuai keinginan, tetapi memiliki makna.

Ayat 8 surah Al-Byyainah, "Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya", merupakan keridhaan dua arah: Manusia meridhoi takdir Allah, dan Allah meridhoi hamba-Nya.

Transformasi penderitaan menjadi makna; “yâ ayyuhal-insânu innaka kâdiḫun ilâ rabbika kad-ḫan fa mulâqîh”

Wahai manusia, sesungguhnya engkau telah bekerja keras menuju (pertemuan dengan) Tuhanmu. Maka, engkau pasti menemui-Nya” (QS. Al-Insyiqaq: 6). Ayat ini adalah ungkapan Qurani yang paling jelas tentang transformasi penderitaan menjadi makna: penderitaan bukanlah penyimpangan dari jalan, tetapi jalan itu sendiri untuk mencapai Tuhan.

Penderitaan dan musibah bukanlah kebetulan; keduanya merupakan bagian dari rencana ilahi. Kesadaran akan makna ini menyelamatkan manusia dari kesedihan yang sia-sia dan menuntunnya kepada kenikmatan ilahi. Dalam pandangan mistik, "pengetahuan akan makna"-lah yang mengubah penderitaan menjadi cahaya.

سریال کره‌ای «وقتی زندگی بهت نارنگی می‌ده»؛ سلوک انسان در مسیر شناخت خویشتن و معنا

Filsafat Barat juga memiliki konsep mengubah penderitaan menjadi makna. Buku Viktor E. Frankl, "Mencari Makna Hidup (Man's Search for Meaning)", adalah salah satu karya paling berpengaruh di abad ke-20. Viktor Frankl adalah seorang psikiater dan ahli saraf Austria yang dikirim ke kamp konsentrasi Nazi (termasuk Auschwitz) selama Perang Dunia II. Ia adalah salah satu dari sedikit anggota keluarganya yang selamat, dan setelah dibebaskan, ia menulis tentang pengalamannya dalam buku ini.

Frankl percaya bahwa motivasi utama manusia bukanlah kesenangan (seperti Freud) atau kekuasaan (seperti Adler), melainkan pencarian makna hidup. Ia berkata: "Dia yang telah menemukan alasan hidup akan mewujudkannya, apa pun yang terjadi."

Serial ini dapat ditonton di Netflix. (HRY)

 

4313549

captcha