“Tidak” pada Rasisme, di Tembok Penghalang Tepi Barat
Anadolu melaporkan, seorang pelukis Palestina melukis gambar George Floyd di tembok penghalang di Tepi Barat dan menulis "Saya tidak dapat bernapas ... Saya ingin keadilan, bukan oksigen" untuk menunjukkan murkanya.
Taqiyuddin Sabatin, seorang pelukis Palestina berusia 31 tahun dari Betlehem, telah memilih tembok penghalang yang dibangun oleh rezim Israel di kota itu sebagai simbol rasisme untuk menggambar wajah George Floyd yang berkulit hitam.
“Saya melukis wajah Floyd untuk bersimpati kepada pria yang dibunuh secara brutal ini. Namun, di Palestina, juga, banyak orang terbunuh dengan cara ini,” kata Sabatin.
Dia menambahkan bahwa metode pembunuhan Floyd tidak berbeda dengan pembunuhan Iyad al-Halaq", seorang pemuda Palestina yang cacat yang ditembak mati oleh militan Zionis di Quds dan warga Palestina lainnya di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Saya melukis gambar ini di tembok penghalang untuk menunjukkan rasisme rezim penjajah Zionis; Karena rezim ini telah membangun tembok penghalang, yang merupakan cermin semua penindasan dan perpecahan di tanah Palestina.
Sebelumnya, seorang pelukis yang tidak dikenal melukis gambar wajah Floyd di bagian lain tembok. Pembunuhan brutal terhadap pria kulit hitam Amerika, George Floyd oleh polisi di Minneapolis pada 5 Juni telah memicu banyak reaksi di tingkat lokal dan global. Rezim Zionis membangun tembok penghalang antara Tepi Barat dan wilayah Palestina yang diduduki pada tahun 2002, pada masa pemerintahan Ariel Sharon. Rakyat Palestina juga menyebut konstruksi tembok ini sebagai kinerja rasisme. (hry)
