Anadolu melaporkan, Sheikh Ali al-Qaradaghi, di akun Facebook-nya, meminta komunitas Prancis untuk mengecam kejahatan ini, sama seperti mengecam kejahatan teroris sebelumnya.
Dia lebih lanjut menekankan perlunya menjaga struktur sosial, kerjasama dan koeksistensi serta hubungan antar manusia dan berkata: “Terorisme tidak memiliki agama dan kebencian dan rasisme menghancurkan masyarakat. Sikap kami tegas. Kami menolak kekerasan, terorisme dan rasisme oleh siapa pun.”
Penargetan Muslim oleh polisi Prancis telah meningkat baru-baru ini, terutama setelah pembunuhan seorang guru yang menerbitkan kartun yang menghina Nabi Muhammad saw.
Dua wanita Muslim Aljazair bernama Amel dan Kenza sedang berjalan di kaki Menara Eiffel di Paris pada Minggu malam, (18 Oktober) bersama beberapa anggota keluarga mereka. Dua wanita diserang dengan pisau.
Menanggapi serangan itu, pengawas Islamophobia, yang berafiliasi dengan Darul Ifta’ Mesir, mengeluarkan pernyataan yang mengecam percobaan pembunuhan berencana terhadap dua wanita Muslim dan berjilbab di Paris.
Pernyataan itu mengatakan: “Serangan barbar seperti itu mencerminkan sikap ekstremis dan rasis terhadap Islam dan Muslim, yang diperkuat oleh wacana politik ekstremis, dan ini menunjukkan bahwa mereka telah melupakan bahwa sifat Islam di Prancis adalah sifat asli, bukan yang muncul dari sebuah kejadian dan insiden.”
Pernyataan tersebut juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk bekerja sama melawan ancaman ekstremis dan untuk mengembangkan strategi yang jelas dan transparan untuk mencegah terulangnya serangan semacam itu. (hry)