Masjid Istiqlal; Simbol Toleransi dengan Gereja di Indonesia
IQNA melaporkan, Masjid tersebut dinamai Istiqlal karena, setelah Indonesia merdeka dari Belanda pada tahun 1949, pembangunan dimulai, dan pada saat itu dilakukan upaya untuk membangun masjid besar yang layak untuk Indonesia sebagai negara Islam terbesar.
Masjid Istiqlal memiliki luas 2.750 meter persegi dan tinggi 33 meter, serta berkapasitas 200.000 jemaah, yang menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara.
Pada tanggal 22 Februari 2021, peringatan empat puluh tiga tahun berdirinya Masjid Istiqlal di Jakarta diadakan secara langsung dan secara virtual, dan Wakil Presiden Indonesia, K.H Ma’ruf Amin, memberikan sambutan.
Ia menyebut Masjid Istiqlal kebanggaan umat Islam Indonesia dan berkata: “Masjid ini telah berdiri kokoh sejak 1978 dan telah menjadi simbol peradaban Islam Indonesia.”
Terowongan Persaudaraan Masjid Istiqlal dan Gereja
Wapres juga memuji rencana pembangunan terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan katedral negara sebagai simbol agama Kristen. Terowongan itu melambangkan koeksistensi dan keragaman agama di Indonesia.
Menurut konselor kebudayaan Iran di Indonesia, pembangunan terowongan ini sangat penting sehingga K.H. Ma’ruf Amin menyebutnya sebagai simbol toleransi di Indonesia, sekaligus sebagai solidaritas meski ada perbedaan antara masyarakat Indonesia.
Dia demikian juga menggambarkan pendekatan masjid di Indonesia sebagai penyebar Islam moderat, dan menyebut pengoperasian Terowongan Persaudaraan sebagai peristiwa bersejarah bagi Indonesia dan dunia.
Masjid Istiqlal dan Katedral Jakarta di Indonesia telah mendapatkan ketenaran dan popularitas khusus di Indonesia atas kerjasamanya dalam mengadakan perayaan-perayaan besar agama seperti Natal dan Idul Fitri, dan umat Islam dan Katolik sering berbagi tempat parkir dan telah berpartisipasi bersama dalam kegiatan-kegiatan antar agama. (hry)
