Menurut Iqna, mengutip Al-Ahed, pidato Sayyid Hasan Nasrullah, Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon, pada kesempatan Milad, diawali dengan sholawat Nabi Muhammad saw dan Imam Jafar Shadiq as.
Dengan mengucapkan selamat atas kelahiran Nabi Muhammad (saw) dan Imam Shadiq (as), Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon mengatakan: “Saya memuji peringatan besar kelahiran Nabi (saw) di banyak provinsi di Yaman dalam bayang-bayang dari sulitnya keamanan dan kondisi kehidupan di negara ini. Saya menyampaikan salam kepada masyarakat Yaman dan berterima kasih kepada mereka. Tindakan masyarakat Yaman ini patut menjadi teladan bagi seluruh umat Islam.”
“Kami mengutuk ledakan teroris di masjid-masjid Muslim Sunni di Pakistan. Sebab mereka hanya sibuk merayakan kelahiran Nabi saw. Ini adalah wajah hitam dari takfiri kanker yang telah menyebar di dunia Islam dan siapa pun yang mengungkapkan cintanya kepada Nabi (saw) akan dibunuh,” imbuhnya.
Merujuk pada penamaan Pekan Persatuan yang dilakukan oleh pendiri Revolusi Islam Iran, Sayyid Hasan Nasrullah menambahkan, Imam Khomeini (qs) menganggap hari bi’tsah Nabi (saw) sebagai hari terbesar dalam sejarah. Mereka yang melarang perayaan hari-hari tersebut tidak mempunyai alasan fikih atau syariah, dan para ulama Syiah serta sebagian besar ulama Sunni sepakat bahwa perayaan tersebut halal. Kita harus mempunyai hari-hari penuh kegembiraan dan kebahagiaan, dan hari terbesar di antara hari-hari ini adalah hari lahir Nabi (saw). Kita harus bekerja sama dan merencanakan agar ada ruang yang besar untuk acara ini dan tanggal 12 hingga 17 Rabiul Awal adalah hari perayaan dan kegembiraan.
Sekretaris Jenderal Hizbullah menambahkan: Judul perayaan kami adalah "Wallahu Mutimmu Nurihi/Allah Menyempurnakan Cahaya-Nya". Mereka yang berdiri di hadapan nabi-nabi sebelumnya dan nabi besar (saw) ingin memadamkan cahaya Tuhan untuk menyesatkan manusia. “Yuriduna li yuthfi’u Nurallahi bi Afwahihim”, yakni mereka ingin memadamkan cahaya Tuhan dengan perang media. Inilah yang kami sebut perang lunak dan lebih berbahaya dibandingkan pertempuran militer. Ada negara-negara yang menentang invasi dan pendudukan militer, namun mereka menjadi semakin lemah dalam perang lunak.
Di bagian lain pidatonya, Sayyid Hasan Nasrullah mengatakan, Bangsa Islam harus menerima tanggung jawab atas apa yang terjadi pada bangsa Palestina yang setia dan Masjid Al-Aqsa, dan Zionis harus mendengarkan suara dunia Islam mengenai kiblat pertama umat Islam.
“Negara mana pun yang melakukan normalisasi hubungan harus dikutuk karena tindakan ini dianggap meninggalkan Palestina dan memperkuat musuh, yang tidak boleh ditoleransi,” imbuhnya.
Di bagian lain pidatonya, Sekretaris Jenderal Hizbullah membahas masalah politik dan keamanan di Lebanon dan mengatakan: Adalah salah menggunakan istilah menggambar perbatasan tanah Lebanon dengan Palestina yang diduduki, karena perbatasan telah dibuat. Para mediator fokus di wilayah utara Al-Ghajar karena ingin menyelesaikan masalah dua tenda, namun bagaimanapun juga, ini adalah tanggung jawab pemerintah Lebanon.
Dengan menolak mengaitkan persoalan perbatasan darat dengan persoalan kepresidenan Lebanon, Sayyid Hasan Nasrullah mengatakan: “Hak kami atas perbatasan laut sama dengan hak kami atas perbatasan darat, dan kami ambil sepenuhnya dan tidak akan menghubungkannya dengan persoalan lain.”
Dia menekankan: "Perlawanan siap membantu pemerintah Lebanon untuk mewujudkannya dalam setiap langkah yang berperan dalam pembebasan wilayah tersebut."
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon mengatakan bahwa tidak ada hal baru yang diumumkan mengenai masalah kepresidenan Lebanon, dan upaya sedang dilakukan terkait hal ini.
Suriah bukanlah ancaman bagi Lebanon; Kebijakan Amerika adalah sumber ancaman
Di bagian lain pidatonya, Sayyid Hasan Nasrullah membahas konsekuensi kehadiran pengungsi Suriah di Lebanon dan mengatakan: “Masalah yang menjadi konsensus nasional adalah kasus pengungsi Suriah, yang dapat membawa kita pada solusi terhadap krisis ini. "
Ia menambahkan: “Adalah suatu kesalahan jika kita menggabungkan angkatan kerja Suriah dan pengungsi Suriah, dan hal ini harus diperhitungkan dalam statistik.”
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon menambahkan, orang pertama yang bertanggung jawab atas masuknya pengungsi ke Lebanon adalah orang yang memicu perang di Suriah, yaitu pemerintah AS. Amerika juga bertanggung jawab atas krisis ekonomi di Suriah setelah penerapan hukum Caesar, dan mereka yang percaya bahwa pengungsi Suriah mengancam keberadaan Lebanon harus memberitahu Washington bahwa Lebanon akan diselamatkan dengan membatalkan hukum Caesar.
“Jika pemerintah Lebanon memfasilitasi migrasi pengungsi Suriah ke Eropa, maka negara-negara Eropa akan datang ke Beirut untuk menyelesaikan krisis ini,” ucapnya.
Sayyid Hasan Nasrullah menekankan, kedua negara Lebanon dan Suriah hidup berdampingan dan tidak diperbolehkan salah satu pihak melanggar perbatasan dan hukum pihak lain. Apa yang mengancam situasi demografis Lebanon saat ini bukanlah Suriah; sebaliknya, kebijakan kotor Amerikalah yang menjadi sumber ancamannya. (HRY)