Filosofi pelantikan Nabi Khatam pada dasarnya tidak berbeda dengan filosofi pengutusan para nabi lainnya. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa dia menyempurnakan program para nabi lain dan oleh karena itu, kenabian berakhir dan ditutup oleh beliau saw.
Mengingat hal tersebut, maka filsafat kebangkitan dari sudut pandang Alquran dapat diringkas dalam dua tema yang merujuk pada realitas yang sama, yaitu:
Seruan atau dakwah kepada Tuhan merupakan falsafah paling komprehensif dari misi semua nabi Ilahi. Seruan ini sebenarnya adalah seruan yang sama untuk mengikuti jalan Tuhan, dan bertindak sesuai dengan agama Islam, yaitu agenda acara kesempurnaan manusia yang menjamin keberlangsungan kehidupan material dan spiritualnya. Oleh karena itu, ungkapan seperti:
«قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِى أَدْعُواْ إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَ مَنِ اتَّبَعَنِى
"Katakanlah inilah jalanku, yang aku dan siapa pun yang mengikutiku, kami ajak kepada Allah dengan wawasan aku dan orang yang mengikutiku" dan
«ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ؛
"Menyerulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik"
اسْتَجِيبُواْ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
"Jawablah panggilan Tuhan dan Nabi, ketika dia memanggilmu pada sesuatu yang akan memberimu kehidupan"
Dan berbagai perumpamaan yang mirip dengan ayat-ayat tersebut yang berkaitan dengan filosofi kebangkitan dimana hal itu mengacu pada sebuah realitas dari berbagai sudut.
Dengan kata lain, filosofi pelantikan risalah seluruh nabi Ilahi dan merupakan pemimpin mereka yaitu nabi terakhir, adalah memperkenalkan manusia pada jalan mencapai kesempurnaan mutlak, sehingga dengan mengikuti jalan ini, sambil mencukupi kebutuhan material dan spiritual mereka, mereka akan bertemu Tuhan, yang merupakan tujuan akhir dari gerakan kesempurnaan manusia - untuk dicapai. Oleh karena itu, filosofi yang terpenting dan terlengkap dari kebangkitan rasul adalah seruan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam pandangan dunia tentang ketuhanan, filosofi wahyu dan kenabian didasarkan pada tiga prinsip dasar:
Prinsip pertama adalah bahwa filsafat penciptaan manusia adalah pada kesempurnaannya;
Prinsip kedua adalah bahwa pedoman kesempurnaan tidak berada dalam konteks keberadaan manusia;
Prinsip ketiga adalah hanya pencipta alam semesta yang dapat menyampaikan rencana penyempurnaan manusia; karena hanya Dialah yang mengetahui sepenuhnya tentang skil, bakat dan kebutuhan manusia serta mengetahui segala seluk-beluk rencana penyempurnaan manusia, dan selain itu, Dia tidak membutuhkan manusia sampai dia menyisihkan apa yang bermanfaat baginya. 4
Dengan demikian, agar manusia dapat mencapai filosofi penciptaannya itu sendiri, kebijaksanaan tertinggi Tuhan mengharuskan Dia mengirimkan seorang pembimbing untuk memaparkan dan menyampaikan rencana kesempurnaan manusia; karena jika tidak demikian, penyempurnaan manusia tidak akan mungkin terjadi dan ini berarti penciptaan tidak ada tujuannya. Dengan kata lain, mengingkari wahyu dan mengutus nabi sama dengan mengingkari tauhid. Oleh karena itu, Alquran menyatakan bahwa:
«وَمَا قَدَرُواْ اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِى إِذْ قَالُواْ مَآ أَنزَلَ اللَّهُ عَلَى بَشَرٍ مِّن شَىْ ءٍ ؛ ۵
"Dan ketika [orang-orang Yahudi] berkata: Allah tidak mewahyukan sesuatu pun kepada manusia, maka mereka tidak mengakui kebesaran Allah sebagaimana mestinya."
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan dalam satu kalimat: Filosofi kebangkitan Nabi adalah penyempurnaan manusia dan respon terhadap kebutuhan material dan spiritualnya.
Hal-hal lain yang disebutkan dalam Alquran dalam menjelaskan hikmah diutusnya nabi (seperti: menyelesaikan permasalahan dan berbagai perbedaan, membebaskan manusia dari belenggu internal dan eksternal, mengeluarkan manusia dari gelapnya kebodohan, mempelajari kitab dan hikmah, mencerahkan dunia dengan cahaya ilmu pengetahuan, pengembangan moral masyarakat dan keadilan sosial), itu semua sebenarnya merupakan cabang-cabang dari menjawab panggilan Tuhan, dan rincian pelaksanaan rencana ilahi yang merupakan sebuah kesempurnaan bagi manusia, atas nama para nabi ilahi ( sebagai pelaksana pertamanya).
Namun filosofi Bi’sah juga adalah akhir dari itmamul hujjah atau sebagai pembuktian bagi mereka yang tidak menjawab panggilan Tuhan dan para nabi-Nya. (HRY)