Hujjatul Islam wal Muslimin Maisham Jafari, pengamat dan peneliti hauzah Najaf sekaligus mubaligh internasional yang saat ini tinggal di Diego, Korea Selatan, dalam wawancara dengan IQNA, merujuk pada situasi umat Islam dan khususnya Syiah di Korea Selatan, menyatakan: “Jika kita ingin mengisyaratkan pada keadaan agama di Korea Selatan, menurut statistik yang diberikan, jumlah penduduk Korea adalah 56 juta orang, dan sekitar separuh penduduk negara ini tidak memiliki sistem keagamaan.”
Peneliti dan mubaligh hauzah ini menambahkan, sekitar 30% masyarakat Korea Selatan beragama Kristen, sekitar 20% beragama Protestan karena ketertarikan mereka yang kuat terhadap Amerika, dan 23% beragama Buddha. Tentu saja menurut laporan, penyebaran agama Kristen Protestan di Korea telah terjadi dalam 60 tahun terakhir.
Hujjatul Islam wal Muslimin Jafari mencontohkan sejarah masuknya Islam ke Korea Selatan dan mengatakan: “Pengenalan masyarakat Korea Selatan dengan Islam dimulai pada abad ke-9 M, ketika para pedagang Muslim biasa datang dan pergi ke negara ini. Pada abad ke-15, dengan pengaruh bangsa Mongol, Islam masuk ke Korea, namun dengan kedatangan Konfusius, Islam tidak berhasil.”
Dia menjelaskan, kedatangan besar umat Islam ke Korea terjadi pada tahun 1955, bersamaan dengan Perang Korea, tentara Turki mulai menyebarkan Islam dengan memasuki barak Korea pada tahun ini. Tentu saja sebagian kecil masyarakat Korea juga menganut agama lokal, dan diantaranya terdapat 300.000 Muslim yang tinggal di Korea, dan jumlah penduduk Muslim asli mencapai 30.000; Tentu saja, dengan segala informasi yang ada, karena umat Islam adalah pelancong dan imigran atau sulitnya menjadi Muslim di Korea Selatan, tidak mungkin memberikan statistik akurat mengenai jumlah umat Islam di negara ini.
Pada bagian lain perbincangannya, ia menyatakan bahwa sebagian besar aktivitas Syiah di Korea Selatan bersifat spontan dan dilakukan oleh mahasiswa India dan Pakistan. “Pada tahun 2013, sebuah LSM Syiah didirikan, yang dewan pengawasnya beranggotakan tujuh orang dari berbagai negara yang bertanggung jawab atas acara-acara yang berkaitan dengan Syiah, dan tentu saja, saat ini kita melihat acara-acara seperti itu diadakan di berbagai kota di Korea Selatan. Oleh karena itu, tidak ada pembatasan bagi kaum Syiah dan wanita berhijab,” ucapnya.
Perlu diketahui, saat ini majelis duka untuk Sayyidus Syuhada diadakan di Seoul dan Diego, Korea Selatan. (HRY)