Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-38 diadakan di Teheran selama Pekan Persatuan atas prakarsa Majma Jahani Taqrib Mazahib Islam. Dalam konferensi ini, sekelompok cendekiawan dan aktivis Muslim hadir dan menyampaikan pandangannya tentang cara memperkuat persatuan antar mazhab-mazhab Islam.
Dato Mohd Azmi Abdul Hamid, ulama Islam dan ketua Majlis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM), salah satu aktivis politik terkemuka di Asia Tenggara, termasuk di antara tamu konferensi tahun ini. Ia telah mengajar di universitas-universitas Malaysia selama bertahun-tahun dan kini, dengan meluncurkan berbagai kampanye mengenai isu-isu terkini di dunia Islam, seperti situasi di Palestina atau anti-Islamisme di India, ia terus memberikan informasi kepada umat Islam di Asia Timur tentang perkembangan terkini.
Dalam wawancara dengan IQNA, Dato Abdul Hamid mengatakan tentang pentingnya memperkuat persatuan antar negara Islam dalam kondisi dunia Islam saat ini. “Mengingat permasalahan yang kita saksikan di dunia Islam saat ini, kita harus menemukan faktor persatuan dengan saling membantu dan memperluasnya.” Ia menambahkan, rumus utama persatuan umat Islam adalah kiblat, apa maksudnya kiblat tersebut? Kiblat artinya kedaulatan dan marjaiyyah di dunia Islam, dan kita harus tahu bahwa jika kita tidak bersatu maka kita akan kehilangan kiblat asli kita.
Perlunya persatuan praktis dunia Islam untuk menghadapi tantangan
Ketua Majelis Mapim Malaysia mengingatkan, kita harus memiliki suara yang kuat untuk membela Palestina dan dunia Islam yang tertindas dan dapat menggunakannya di PBB dan organisasi internasional.
“Organisasi Kerjasama Islam dinilai sebagai platform yang sangat cocok untuk menyelamatkan umat Islam dari situasi yang mereka hadapi saat ini,” ucap Azmi Abdul Hamid.
Azmi Abdul Hamid mengatakan: “Saat ini, waktunya telah tiba untuk bertindak. Kita memiliki sekitar 4,5 juta masjid di seluruh dunia, yang dapat kita gunakan untuk meningkatkan persatuan kita di seluruh dunia”. Ia menekankan: “Kita umat Islam harus memulihkan kekuatan kita yang hilang dengan mengandalkan satu kepemimpinan.”
Sikap tegas rakyat dan pemerintah Malaysia dalam mendukung Palestina
Aktivis Islam Malaysia ini mengatakan tentang tindakan masyarakat dan pemerintah anti-Zionis di negeri ini. “Sejak tahun 1948 (ketika rezim ini diakui PBB), rakyat dan pemerintah Malaysia selalu menaruh perhatian pada isu Palestina dan tidak pernah mengakui Israel. Sejak itu, kampanye kambing hitam telah diluncurkan terhadap Israel, dan setiap kali rezim ini melakukan kejahatan, masyarakat turun ke jalan dan melakukan protes,” ucapnya. (HRY)