Menurut Iqna mengutip Oman Daily, di jantung Kesultanan Oman, madrasah-madrasah Alquran ibarat mercusuar bercahaya yang menerangi jalan pengetahuan dan iman, karena di dalam dinding-dindingnya terjalin benang-benang nilai-nilai Islam yang memperkuat tatanan masyarakat Oman. Bukan sekedar madrasah yang mengajarkan huruf dan menanamkan syair, akan tetapi merupakan benteng para pemuda tempat terlahirnya kembali budaya dan ilmu pengetahuan; moralitas yang mencerminkan hakikat Islam.
Sepanjang sejarah, madrasah-madrasah Alquran telah menjadi taman tempat ditanamnya benih-benih ilmu pengetahuan dan melahirkan generasi-generasi terdidik yang mampu menghadapi tantangan zaman. Ia melindungi masyarakat dari ide-ide ekstremis dan mengundang dialog dan pemahaman, selalu menjadi cahaya yang menerangi jiwa dan membimbing mereka ke cakrawala yang lebih luas. Surat kabar Oman mengisyaratkan peran madrasah Alquran di berbagai provinsi dalam membentuk masa kini yang cerah dan masa depan yang menjanjikan.
Syekh Saeed bin Hilal Al-Sharyani, seorang imam dan pendakwah di provinsi Nizwa, Oman, berkata terkait hal ini: “Madrasah-madrasah Alquran yang tersebar di seluruh negeri ini sebelumnya disebut Maktabkhaneh atau Katatib dan tersebar di seluruh Oman”.
Bangsa Oman segera menyadari bahwa pendidikan Alquran dalam terang Alquran ibarat pelindung yang dapat dipercaya dan penghalang yang tinggi yang menggambarkan wajah rupawan orang Oman, yang mengusung akhlak mulia yang mana setiap orang Oman mengenalnya sejak kecil dalam lingkungan keluarga dan lingkungan-lingkungan Alquran.
“Keyakinan mendalam akan pentingnya madrasah-madrasah Alquran inilah yang menyebabkan jumlah madrasah-madrasah tersebut terus bertambah dan masyarakat mengeluarkan biaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup madrasah-madrasah tersebut serta melanjutkan peran dan fungsinya. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya dana abadi yang hasilnya digunakan untuk membangun dan memelihara madrasah-madrasah Alquran serta biaya pendidikan para siswa Alquran di dalamnya. Baik yang menyediakan lelaki maupun perempuan untuk disayangi, maupun yang terhubung dengan guru-gurunya dalam majelis-majelis zikir dan bacaan Alquran, maka dari sini kita benar-benar memahami bahwa penyiapan dan pendidikan generasi muda dalam keimanan dan akhlak, serta kemampuan untuk berbuat baik dan berguna bagi agama dan negara, berada dalam sistem terpadu yang ditawarkan oleh pesantren-pesantren ini, yaitu mengajarkan Alquran dan meneguhkan nilai-nilai luhur ketuhanan,” tegasnya.
Selama kurun waktu yang panjang, madrasah-madrasah Alquran ini menjadi sumber utama prinsip-prinsip dan nilai-nilai, serta sumber terpenting yang memotivasi setiap orang untuk melakukan setiap perbuatan baik. Mereka menunaikan peran sosialnya dengan selengkap-lengkapnya, dan dari antara merekalah lahir tokoh-tokoh besar dalam bidang ilmu pengetahuan dan pemikiran. Para penjaga Kitab Allah, para penulis, pemimpin, politisi, dan pendidik adalah penjaga kebenaran dan pembangun bangsa.
Al-Sharyani berkata: “Mungkin salah satu alasan kemunduran peran pendidikan saat ini adalah transformasi besar yang telah terjadi dalam peradaban saat ini, perubahan cepat yang terjadi secara berurutan dalam realitas masyarakat kita, gaya kontemporer modern yang telah diperkenalkan ke madrasah-madrasah, dan berbagai metode pendidikan yang telah memengaruhi minat keluarga untuk menyekolahkan anak-anak mereka di madrasah-madrasah dan lingkungan tersebut”.
“Kesadaran dan pemahaman masyarakat akan pentingnya menghidupkan kembali madrasah Alquran karena perannya dalam mempromosikan nilai-nilai agama dan moral kepada anak-anak mereka, terutama selama liburan musim panas dan hari libur musiman ketika terdapat banyak siswa yang hadir di pusat-pusat musim panas, dapat membantu para penanggung jawab pendidikan untuk memperkuat perencanaan dan metode pendidikan dan pelatihan mereka bagi para siswa. Termasuk perjalanan, kegiatan olah raga, dan perkemahan, dengan tetap menjaga fungsi utamanya sebagai menghafal Alquran dan mengajarkan ilmu-ilmu keislaman, merekalah yang menjadi faktor utama dalam menggerakkan dan mengembalikan generasi muda ke madrasah-madrasah Alquran,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Mengembangkan madrasah-madrasah Alquran pada masa kini untuk memenuhi kebutuhan para siswa dan melestarikan jati diri keagamaan mereka dengan memperkenalkan perangkat pendidikan baru dan menyediakan kursus spesialisasi ilmiah bagi staf mereka, yang menyediakan kondisi yang diperlukan tentang bagaimana menangani kaum muda dan apa yang dituntut oleh pendidikan kontemporer, dan mengikuti metode pendidikan umum bagi staf mereka telah menjadi hal yang penting”.
Thuraya binti Saud al-Nabhaniyah, kepala Pusat Pendidikan dan Bimbingan Perempuan di Provinsi Dakhiliyah, mengatakan: “Madrasah Alquran berperan penting dalam mempersiapkan kaum muda dari sudut pandang moral dan agama. Madrasah tersebut merupakan lembaga tempat kaum muda mempelajari Alquran dan ilmu-ilmu terkaitnya, karena madrasah berperan dalam menciptakan dan memperkuat Alquran. Keyakinan yang benar yang melindungi kaum muda dari pengaruh arus pemikiran yang tidak sejalan dengan ajaran agama yang benar”.
“Minat keluarga berbeda-beda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya, hal ini disebabkan oleh perbedaan budaya masyarakat dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kitab suci ini dalam mendidik generasi muda. Hal ini disebabkan oleh besarnya minat orang tua dan kesadaran mereka akan pentingnya anak-anak mereka dalam mempelajari Alquran. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya mempelajari Alquran, adat istiadat, padatnya kurikulum dan pekerjaan rumah yang menyita waktu penuh siswa, serta lamanya pendidikan, serta minimnya madrasah Alquran atau minimnya guru Alquran merupakan salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya minat masyarakat untuk bersekolah di madrasah Alquran,” ucapnya.
Terkait program pendidikan di madrasah Alquran di Oman, Al-Nabhaniyah mengatakan, “Menghafal dan membaca Alquran, mengkonsolidasikan hafalan dengan berbagai cara, mengajarkan intonasi, kaidah bacaan, tafsir sederhana, dan perenungan ayat-ayat, selain itu juga mengajarkan kaidah fiqih, riwayat hidup Nabi (saw), serta teks-teks seperti Tuhfat Al-Athfal, Al-Jazariyah, Al-Qaidah Alquraniyah, dan Al-Nuraniyyah merupakan sebagian dari sumber daya pendidikan di madrasah-madrasah tersebut”.
Terkait dengan perlunya pengembangan madrasah Alquran, Al-Nabhaniyya menyatakan: “Yang paling penting adalah melengkapi madrasah Alquran sebagai lingkungan pendidikan yang tepat dan selaras dengan kemajuan lembaga pendidikan, memberikan dukungan finansial dan moral, serta berupaya menciptakan struktur organisasi dan kurikulum yang transparan antara pendidikan dan pelatihan, serta memperluas jangkauan masyarakat dalam bidang pendidikan. Selain itu, penyediaan tenaga pengajar dari masyarakat yang kompeten untuk mengajar Alquran di bawah pengawasan Kementerian Wakaf, penyelenggaraan berbagai kompetisi dan program untuk menyeleksi para penghafal Alquran, serta penyiapan mereka untuk mengikuti berbagai kompetisi lokal dan regional, memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan madrasah-madrasah Alquran”.
Mus'ab bin Khamis Al-Shukaili menambahkan: “Kami biasa pergi ke masjid selama liburan musim panas untuk belajar dan menghafal Alquran, dan mereka akan membagi kami ke dalam lingkaran yang berisi lima atau enam orang, kami akan membaca ayat-ayat Alquran dan mengulanginya”.
“Kami belajar wudhu, salat, dan puasa di madrasah-madrasah ini, dan saya ingat kami membahas noda darah yang saya temukan di pakaian saya. Saya hendak salat, ada salah seorang ustaz menyampaikan bahwa salat tidak boleh karena darah itu najis, akan tetapi ada caranya, yaitu mencuci noda tersebut sebelum berwudhu,” lanjutnya.
Yusuf al-Urfi Mutawalli mengatakan: “Madrasah Alquran menumbuhkan dan melembagakan prinsip-prinsip dan nilai-nilai sosial dalam jiwa anak-anak dan para siswa, dan kemudian membantu membentuk kepribadian mereka dan membantu mereka mencapai cita-cita tinggi dan tujuan-tujuan luhur dalam hidup, karena pengajar Alquran memulai program-programnya di lingkungan pendidikan. Ia memperluas wawasan anak-anak dan membuka mata mereka terhadap cakrawala baru yang dapat bermanfaat bagi mereka di masa yang akan datang, serta menjadikan mereka warga negara yang baik, yang mengetahui hak-hak Allah dan menghormati hak-hak orang lain”.
Hamad bin Rasyid al-Hasani, direktur madrasah Alquran, menegaskan bahwa setelah keluarga, madrasah-madrasah Alquran merangkul para siswa Alquran, sehingga generasi muda di madrasah-madrasah ini minum dari mata air Alquran yang murni dan, melalui pembacaan, pengajaran Alquran, dan membiasakan diri dengan ayat-ayatnya, meneguk dari nektarnya untuk memberi perhatian pada akhlak, menumbuhkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur dalam diri mereka, dan memelihara bakat-bakat yang terpendam dalam jiwa dan raga para pemuda. (HRY)