IQNA

Krisis Parah di Gaza: Tak Ada Makanan Tak Ada Obat-obatan

16:46 - May 04, 2025
Berita ID: 3482011
IQNA - Rumah Sakit Spesialis Kuwait di Rafah dan Program Pangan Dunia (WFP) mengeluarkan peringatan keras bahwa layanan medis dan pasokan makanan di Jalur Gaza berada di ambang kehancuran total. Kondisi ini disebabkan oleh penutupan semua perbatasan dan kekurangan obat-obatan esensial yang mencapai lebih dari 75% dari kebutuhan minimum.

Paket wisata Jalur Gaza

Dalam laporan hari Sabtu, Rumah Sakit Kuwait menyatakan bahwa sebagian besar obat-obatan penting dan bahan makanan dasar untuk pasien hampir habis. Mereka menegaskan bahwa stok yang ada tidak akan bertahan lebih dari satu minggu tanpa intervensi kemanusiaan segera.

“Kemampuan kami untuk melanjutkan pelayanan medis kini berada dalam bahaya besar,” kata pihak rumah sakit, seraya menambahkan bahwa sebagian besar layanan kesehatan akan berhenti sepenuhnya jika bantuan tidak segera masuk.

WFP: Cadangan Pangan di Gaza Telah Habis Total Paket wisata Jalur Gaza

WFP mengonfirmasi bahwa seluruh cadangan pangan mereka di Jalur Gaza telah habis, dan mendesak agar bantuan kemanusiaan segera diizinkan masuk ke wilayah terkepung tersebut. Meski telah menyiapkan pasokan makanan penyelamat nyawa, bantuan itu tetap terhalang di luar Gaza karena penutupan total semua jalur perbatasan oleh otoritas Israel.

Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan bahwa jumlah korban meninggal akibat kelaparan yang dipicu blokade Israel telah meningkat menjadi 57 orang, dan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah.

Selain itu, mereka menambahkan bahwa Israel telah menutup seluruh perbatasan selama 63 hari berturut-turut, menghalangi masuknya bantuan penting seperti susu bayi dan suplemen gizi vital.

Blokade Total Dimulai Sejak Awal Maret 2025

Pada 2 Maret 2025, Israel memulai blokade total terhadap Jalur Gaza, menghentikan seluruh pengiriman bantuan kemanusiaan melalui perlintasan utama seperti Rafah, Beit Hanoun, dan Karem Abu Salem.

Tindakan ini dilakukan setelah berakhirnya fase pertama kesepakatan gencatan senjata. Israel menuntut Hamas menerima usulan gencatan senjata baru, sekaligus mengingkari kesepakatan sebelumnya. Akibatnya, Gaza kini mengalami kekurangan parah bahan makanan, bahan bakar, dan peralatan medis, yang memperparah krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.

PBB: 80% Penduduk Gaza Bergantung pada Bantuan

Menurut laporan WFP pada 25 April 2025, seluruh stok makanan di Gaza telah habis akibat blokade. Sekitar 80% dari lebih dari dua juta penduduk Gaza bergantung pada bantuan kemanusiaan. Sementara itu, pasar lokal menghadapi kelangkaan ekstrem dan lonjakan harga, sehingga kebutuhan dasar menjadi tidak terjangkau oleh masyarakat.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengecam blokade ini sebagai kejahatan perang potensial. Laporan PBB mencatat bahwa 3.700 anak mengalami malnutrisi akut pada bulan Maret, meningkat 80% dibandingkan bulan sebelumnya.

Amnesty dan OCHA Kecam Blokade sebagai Kejahatan Genosida

Memasuki bulan ketiga sejak blokade diberlakukan, Amnesty International menuntut agar Israel segera mengakhiri pengepungan brutal terhadap Gaza. Amnesty menyebut blokade ini sebagai kejahatan perang genosidal yang menggunakan kelaparan sebagai senjata dan menghukum warga sipil secara kolektif.

Sementara itu, juru bicara OCHA PBB, Olga Cherevko, menyatakan bahwa Gaza kini menghadapi kondisi bencana total: akses air hampir mustahil, stok makanan habis, dan rumah sakit runtuh akibat krisis bahan bakar. Ia melukiskan situasi memilukan — anak-anak trauma, lansia mengais sisa makanan, dan bentrokan kekerasan terjadi demi mendapatkan sumber daya yang langka. (HRY)

 

Sumber: arrahmahnews.com

Kunci-kunci: krisis gaza
captcha