Hussam Qaddouri al-Jabouri, seorang doktor dalam linguistik komparatif, seorang profesor di Universitas Baghdad dan salah satu tokoh akademis terkemuka di Irak, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan IQNA tentang tanggapan Iran terhadap agresi brutal Zionis berdasarkan ajaran Alquran dan Islam, menanggapi agresi adalah bagian dari tugas, dan doktrin revolusioner Republik Islam Iran didasarkan pada kesadaran penuh terhadap ajaran Alquran untuk menanggapi agresi brutal dari semua pihak, terutama musuh Zionis. Persamaan pencegahan Alquran menjadikan tugas ini wajib bagi manusia bersama dengan persiapan penuh pasukan, sebagaimana firman Allah swt:
الشَّهْرُ بِالشَّهْرِ الْحَرامِ وَ الْحُرُماتُ قِصاصٌ فَمَنِ اعْتَدى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدى عَلَيْكُمْ وَ اتَّقُوا اللَّـهَ وَ اعْلَمُوا أَنَّ اللَّـهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
“Bulan haram dengan bulan haram dan (terhadap) sesuatu yang dihormati berlaku (hukum) kisas. Oleh sebab itu, siapa yang menyerang kamu, seranglah setimpal dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertakwa” (QS.Al-Baqarah: 194). Ayat yang mulia ini menjamin kemenangan orang-orang yang beriman selama mereka bertakwa kepada Allah swt.
Di sisi lain, kepatuhan terhadap metode Amirul Mukminin (as) dalam berjihad dan menghalau para agresor menjamin kemenangan Republik Islam Iran dalam pertempuran ini.
Sambil menunjukkan bahwa sesuai dengan Pasal 51 Piagam PBB dan berdasarkan prinsip pembelaan diri, menghadapi agresi rezim Zionis adalah hak sah Iran, profesor dari Universitas Baghdad itu mengingatkan, kepatuhan terhadap hukum internasional dan Piagam PBB menjamin hak atas kedaulatan dan pencegahan para agresor, dan menjamin posisi global Republik Islam yang kuat. Namun sayangnya, lembaga-lembaga internasional sebagian besar tunduk pada hegemoni Amerika Serikat, yang menganggap hukum internasional tidak dapat diganggu gugat dan merupakan alat yang fleksibel untuk menekan suara rakyat. Namun demikian, komitmen Republik Islam terhadap hukum internasional menjamin ruang yang cukup bagi manuver politik internasional untuk mengungkap para agresor.
Terkait dengan tugas rakyat bebas di dunia dan negara-negara Islam untuk menghadapi kejahatan biadab rezim pendudukan Zionis dalam serangannya terhadap Iran, Hussam Al-Jabouri mengatakan: “Perang 12 hari itu penuh dengan konsekuensi yang sama sekali tidak diinginkan oleh Amerika dan Zionis. Daya tangkal dan kekuatan Iran dalam menghadapi kekerasan memberdayakan mereka yang ingin terbebas dari hegemoni arogansi untuk menolaknya. Nilai "perlawanan" tidak lagi didasarkan pada faksi militer tertentu; ia akan melampaui itu dan mencakup tindakan pemerintah dan rakyat oleh berbagai negara. Mendukung Iran dan posisinya menjamin kelangsungan hidup dan martabat negara-negara ini”.
“Rezim Zionis telah melewati batas baru dalam hukum internasional dan menyerang fasilitas nuklir. Sayangnya, sebagian besar lembaga internasional yang relevan, seperti Badan Tenaga Atom Internasional, terkungkung dalam cengkeraman Amerika dan sekutunya. Pepatah lama mengatakan: Anda tidak dapat memetik buah anggur dari durinya,” lanjutnya.
Profesor universitas tersebut menilai kecaman terhadap kejahatan brutal rezim Zionis oleh lembaga-lembaga Islam, termasuk Organisasi Kerja Sama Islam dan Liga Arab, tidak memadai dan menyatakan: "Lebih baik dikatakan bahwa dalam pertempuran ini, Republik Islam telah melewati rintangan lain dan apa yang telah dilakukan kelompok-kelompok Zionis telah menjadi layanan bagi Iran untuk interaksi yang baik dengan orang-orang Arab dan Muslim. Sikap mendukung pemerintah Mesir dan Al-Azhar, serta dukungan kuat dari Pakistan, juga terbukti. Kita sekarang menyaksikan berita positif di Afghanistan dan bahkan Turki, dan di tingkat akar rumput, ini menghilangkan pikiran-pikiran negatif yang telah tertanam dalam benak orang-orang biasa oleh media musuh. Kita sekarang menyaksikan dukungan rakyat di Irak, Mesir, dan wilayah Palestina yang diduduki. Suara-suara yang bermusuhan terhadap Republik Islam telah menjadi tidak terkoordinasi, dan ini sendiri merupakan sebuah kemenangan." (HRY)