IQNA

Abbas Khamehyar: Bersama Mahathir; Pada Ulang Tahunnya yang keseratus

16:38 - December 07, 2025
Berita ID: 3483106
IQNA - Kini, empat bulan setelah genap berusia 100 tahun, Mahathir Mohamad masih memiliki keberanian muda yang sama dalam hatinya terhadap isu-isu dunia Islam—terutama perjuangan Palestina. Waktu tak mampu merampas kejujuran dan semangat politiknya; seolah-olah pengalaman bertahun-tahun justru semakin memperkuat kewibawaan kata-katanya.

Menurut Iqna, Abbas Khameyar, mantan konselor budaya Iran untuk Lebanon, penulis, dan aktivis budaya, menulis dalam sebuah catatan berjudul "Bersama Mahathir; Pada Ulang Tahunnya yang ke-100": Hampir tidak ada seorang pun di dunia saat ini yang belum pernah mendengar tentang Mahathir Mohamad atau tidak menghormati status politik dan sejarahnya. Generasi dan bangsa, terlepas dari batas geografis, melihatnya sebagai sosok yang mampu menggerakkan tekad dan pemikiran dalam skala sebuah negara. Bahkan, sulit untuk memisahkan citra Malaysia kontemporer dari namanya; Malaysia saat ini berdiri di atas bahunya dalam banyak aspek. Sejarah kontemporer negeri ini tanpa menyebut Mahathir akan menjadi narasi yang tidak lengkap, karena perannya tidak hanya fundamental dan abadi dalam kekuatan politik, tetapi juga dalam membangun mentalitas nasional dan kepercayaan diri kolektif rakyatnya.

Di saat yang sama, kegigihannya untuk melanjutkan aktivitas politik, dan mengundurkan diri di puncak popularitas dan tahap kehidupannya saat ini, tidak menyenangkan sebagian masyarakat Malaysia. Banyak yang berharap bahwa setelah semua kehormatan dan kontribusi historisnya, ia akan diam-diam mundur dari panggung dan mewariskan warisannya yang tak tersentuh kepada generasi mendatang. Namun... "tetapi" inilah yang membedakan Mahathir dari banyak pemimpin dunia. Ia menganggap dirinya sebagai pemilik misi yang belum selesai; misi yang tidak boleh ditinggalkan selama ia masih memiliki kemampuan untuk memperingatkan, mengkritik, dan membela kepentingan nasional. Baginya, politik bukanlah sebuah jabatan, melainkan benteng untuk melindungi kemerdekaan dan keadilan.

با مهاتیر؛ در یکصدسالگی او

Kini, empat bulan setelah usianya yang keseratus, ia masih memiliki keberanian muda yang sama terhadap isu-isu dunia Islam—terutama perjuangan Palestina. Waktu tak mampu merenggut kejujuran dan semangat politiknya. Visinya yang tajam, pikirannya yang cerdas, semangat berwawasan ke depan, dan esensi anti-kolonialnya masih tetap ada; seolah-olah pengalaman bertahun-tahun justru semakin memperkuat kewibawaan kata-katanya.

Dijuluki "Bapak Modernisasi Malaysia ", jejaknya terlihat di mana-mana di Malaysia masa kini:

Namun, persaingan partai yang ketat dan perubahan lanskap politik dalam beberapa tahun terakhir mengakibatkan kekalahan pahit baginya dalam pemilu terakhir; kekalahan yang tidak menodai warisan maupun tempat historisnya. Hasil ini lebih merupakan kisah tentang perubahan generasi dan sirkulasi kekuasaan yang alami di Malaysia modern, alih-alih narasi tentang kemunduran seorang juru mudi yang inovatif.

Minggu lalu, kami berkesempatan mengadakan pertemuan yang erat dan bermanfaat dengan Mahathir Mohamad, bersama sekitar empat puluh aktivis budaya global – masing-masing dalam kapasitas nyata dan bukan kapasitas hukum – dari tiga puluh negara, sebagai dewan pendiri dan anggota dewan pengawas "Asosiasi Intelektual dan Peradaban" yang dikaitkan dengannya. Pertemuan tersebut berlangsung di Putrajaya, ibu kota politik Malaysia, dan di kantor pribadinya, di mana kehadiran yang hangat, tatapan yang tajam, dan pikiran yang bersemangat masih merasukinya.

Hati Mahathir Masih Berdetak untuk Dunia Islam

Ia menekankan perlunya pemahaman mendalam tentang ajaran agama dan konsep-konsep Alquran, dan menganggap kembali kepada Alquran sebagai satu-satunya cara untuk menegakkan keadilan dan menyelamatkan bangsa; sebuah langkah kembali yang bukan sekadar slogan dangkal, melainkan peta jalan praktis untuk mereformasi masyarakat.

با مهاتیر؛ در یکصدسالگی او

Dalam konteks ini, mengacu pada siroh Nabi Islam, ia menilai model pemerintahan Nabi (saw) merupakan contoh tak tertandingi dalam hal keadilan, ketertiban, dan tanggung jawab.

Menanggapi pertanyaan saya, "Apa arti diamnya umat Islam dalam menghadapi penindasan dan penganiayaan yang menimpa warga Palestina dan apa yang harus dilakukan?", ia menekankan perlunya memanfaatkan alat komunikasi modern secara cerdas; terutama penggunaan ponsel dan jejaring sosial untuk berkomunikasi dengan berbagai bangsa dan menjelaskan wajah Islam dan umat Islam yang sebenarnya. Ia percaya bahwa di dunia di mana media Barat yang kuat secara tidak adil menuduh Islam sebagai teroris, diam dan pasif tidak diperbolehkan, dan umat Islam harus menyampaikan pesan mereka kepada dunia dalam bahasa modern dan melalui teknologi baru. (HRY)

با مهاتیر؛ در یکصدسالگی او

4321077

Kunci-kunci: mahathir mohamad ، malaysia ، iqna
captcha