Dr. Ali al-Khafaji, guru dan qari terkemuka Irak serta penanggung jawab biro musabaqoh dan konferensi Darul Quran Al-Karim yang berafiliasi dengan makam suci Imam Husein (As) saat wawancara dengan IQNA, dengan menjelaskan hal ini mengatakan, “Lembaga-lembaga Al-Quran memiliki peran penting dalam mengembangkan budaya Al-Quran.”
Dia menambahkan, sumber dari peran penting lembaga-lembaga Al-Quran ini adalah wasiat Rasulullah (Saw) dalam hadis Tsaqolain, yang mana beliau mewasiatkan kaum muslimin supaya memperhatikan Al-Quran dan Itrah (As) dan berdasarkan ini, kita tidak boleh mengenyampingkan kedua-duanya.
Aktivitas Lembaga-lembaga Al-Quran tidak Terbatas Hanya pada Pendidikan Hafalan dan Bacaan Semata
Dr. Ali al-Khafaji menegaskan, tidak sepantasnya sebuah lembaga Al-Quran hanya aktif dalam bidang pendidikan bacaan dan hafalan Al-Quran Al-Karim semata dan jauh dari tujuan aslinya, yaitu memperluas kebudayaan Al-Quran di kalangan semua lapisan masyarakat.
Dia dengan mengisyaratkan contoh dari perlawanan dengan gerakan globalisasi dan arogansi global serta kebebasan para remaja dari belenggu-belenggu kebudayaan Barat dengan bersandar pada penyebaran budaya Al-Quran dalam masyarakat dan menegaskan, dengan merujuk pada Al-Quran Al-Karim dan mengamalkan ajaran dan dogma-dogma kitab samawi ini akan mampu memenuhi tujuan-tujuan tersebut.
Pentingnya Hubungan Koordinasi Lembaga-lembaga Al-Quran Dunia Islam
Selanjutnya, Dr. Ali al-Khafaji meminta hubungan koordinasi lembaga-lembaga Al-Quran dunia Islam dan menambahkan, lembaga-lembaga ini bisa menghantarkan persatuan dengan poros Al-Quran Al-Karim sebagai kitab samawi dan mukjizat abadi Rasulullah (Saw) sebagai poros persatuan kaum muslimin dunia.
Dia menegaskan, jika lembaga-lembaga Al-Quran dunia Islam menjadikan poros-poros persamaan kaum muslimin sebagai asas aktivitasnya, dengan demikian wasiat Rasulullah (Saw) dalam hadis Tsaqolain yakni peduli dengan Al-Quran dan Itrah (As) akan terealisasikan satu sama lainnya.
Dalam kelanjutan wawancara ini, Dr. Al-Khafaji menegaskan, aktivitas lembaga-lembaga Al-Quran yang berkisar pada poros-poros persamaan kaum muslimin, selain merealisasikan wasiat Nabi (Saw) yang mementingkan Al-Quran dan Ahlulbait (As), juga menciptakan sebuah persatuan di kalangan kaum muslimin.
Selanjutnya, dia meyerupakan lembaga-lembaga Al-Quran laksana rumah Allah. “Sebagaimana kaum muslimin dari setiap ras dan etnis berkumpul di sekitar Ka’bah dan semua dari mereka mendedikasikan dan menghormati rumah Allah, begitu juga sebuah lembaga Al-Quran juga dengan memperhatikan poros pendiriannya adalah Al-Quran Al-Karim dan Al-Quran disepakati oleh semua kaum muslimin dunia, dengan demikian memiliki potensi kapasitas menghimpun kaum muslimin dunia dari setiap etnis dan ras,” ucapnya.
Al-Khafaji menambahkan, kaum muslimin dari setiap ras berkumpul di sekitar rumah Allah dan mengenyampingkan perselisihan untuk beberapa masa, mereka saling berjumpa dalam satu tempat. Lembaga-lembaga Al-Quran juga mampu menghimpun kaum muslimin dengan berkisar pada poros Al-Quran yang disepakati oleh kaum muslimin dunia dan menyatukan mereka.
Penggunaan Teknologi-teknologi Mutakhir dalam Pendidikan Al-Quran Memiliki Kemajuan yang Nyata
Mengenai penggunaan teknologi-teknologi terkini dalam ranah pendidikan Al-Quran dalam lembaga-lembaga Al-Quran, Dr. Al-Khafaji mengatakan, “Dalam hal ini terjadi kemajuan yang nyata di seluruh penjuru Irak, khususnya dalam ranah penggunaan sarana alat perekam dan penyiaran yang teraplikasi dalam jurusan hafalan Al-Quran dan demikian juga halnya dalam musabaqoh Al-Quran yang juga membutuhkan hal-hal semacam itu.”
Penanggung jawab musabaqoh dan konferensi Darul Quran Al-Karim yang berafiliasi dengan makam suci Huseini mengingatkan, sekarang ini dengan bantuan teknologi, banyak channel-channel radio dan TV telah didirikan dalam ranah Al-Quran Al-Karim dan mereka aktif di dalamnya. Demikian juga dalam ranah kolerasi dengan lembaga-lembaga Al-Quran di negara-negara lainnya, teknologi-teknologi ini sangat membantu sekali dan sebenarnya kemajuan aktivitas-aktivitas Al-Quran di Irak yang berjalan dalam waktu relatif singkat ini, berhutang budi pada korelasi dengan lembaga-lembaga lain melalui teknologi-teknologi tersebut.
Dr. Ali al-Khafaji di bagian lain saat wawancara mengenai aktivitas-aktivitas Darul Quran makam suci Imam Husein (As) mengatakan, “Markas ini merupakan lembaga Al-Quran pertama di seluruh penjuru Irak, yang didirikan setelah lengsernya rezim Saddam di negara ini.”
“Darul Quran makam suci Imam Husein (As) pertama-tama hanya aktif dalam mengajarkan bacaan dan hafalan Al-Quran saja, namun dengan berlalunya masa, lembaga ini memperluas cakupan aktivitasnya dan sekarang ini juga menyelenggarakan musabaqoh Al-Quran khusus makam ini,” tambahnya.
Aktivis Al-Quran Irak ini menegaskan, kegiatan Al-Quran di Irak adalah sebuah pengalaman baru, dimana di situ banyak sekali mendayagunakan dari pengalaman Republik Islam Iran. Dari satu sisi, sebenarnya banyak personil-personil Al-Quran yang berada di Irak, namun karena tidak adanya ruang dan suasana yang cocok untuk beraktivitas mereka menjadi tidak terlihat dan kami membawa mereka ke lapangan dan kami memanfaatkan mereka.
Peran Lembaga-lembaga Al-Quran dalam Memberikan Kesadaran Kepada Para Remaja Terhadap Arus Takfiri
Dr. Ali al-Khafaji mengenai peran lembaga-lembaga Al-Quran dalam memerikan penyadaran agama para remaja untuk mencegah mereka dari tendensi kepada kelompok radikal dan takfiri mengatakan, “Penyebaran budaya Al-Quran merupakan tugas pertama lembaga-lembaga Al-Quran, karena penyebaran budaya Al-Quran Al-Karim akan dapat menyebabkan mereka jauh dari radikalisme dan takfiri.”
Selanjutnya, penanggung jawab biro lembaga dan konferensi-konferensi Darul Quran yang berafiliasi dengan makam suci Huseini menegaskan, lembaga-lembaga Al-Quran selain pendidikan Al-Quran juga harus memberikan peringatan kepada para peserta didiknya tentang poin ini, yang mana di sekitar mereka terdapat kelompok-kelompok yang memiliki pemikiran sesat dan biasanya mempresentasikan mereka dengan dalil dan sandaran Islam dan atas nama Islam.
Selanjutnya, pengajar Al-Quran ini mengisyaratkan kepada kelompok teroris Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan menegaskan, ISIS ibarat sebuah teori perintis negara Islam, namun teori dan perspektif ini sama sekali tidak bisa terpenuhi; karena asas dan sumbernya bukanlah Islam.
Menurutnya, negara Islam harus didirikan oleh tangan kaum muslimin sendiri dan berdasarkan pemikiran Islam, sementara ISIS memiliki pemikiran dan ideologi yang miring, yang sangat jauh dari Islam dan apa yang disampaikan oleh mereka atas nama Islam merupakan pelecehan dan penistaan terhadap agama samawi ini.
Dr. Ali al-Khafaji di akhir kata menegaskan, jika tujuan ISIS adalah Islam, pertama-tama mereka akan menumpas Israel dan akan menghindar dari memerangi kaum muslimin, sementara kelompok menyimpang ini sama sekali tidak melakukan hal yang demikian.