Menurut laporan IQNA, prof. Yahya Sai Nu Bai Er Lin Song, penerjemah sajak Al-Quran Al-Karim dalam bahasa Cina pekan lalu meninggal dunia di Cina, upacara pemakaman dan penguburannya diselenggarakan di masjid Niujie dan perkuburan muslim Beijing, dengan dihadiri sejumlah para ulama agama dan ustad universitas dan kaum muslimin setempat.
Muhammad Rasul al-Masiah, Konsultan kebudayaan Negara Iran di Beijing hadir dalam acara ini sebagai delegasi kedutaan negara Iran dan mengucapkan belasungkawa kepada istri dan sanak keluarganya.
Lin Song beberapa tahun silam menerima permintaan wawancara IQNA dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam ranah proses riset Al-Quran di Cina, sekarang ini karena meninggalnya penerjemah popular Al-Quran ini, kami akan mengetengahkan wawancara Lin Song tersebut:
Dia di permulaan wawancara ini dengan mengucapkan kegembiraannya atas perkembangan para peneliti Al-Quran di Cina dan juga pensiunan para pemikir yang telah menuliskan pengalaman-pengalaman mereka akan pemahaman Al-Quran dan yang dicetak dalam harian dan majalah-majalah mengatakan, orang-orang ini tidak hanya sekedar melakukan publikasi karya dan makalah-makalahnya di kawasan muslim; bahkan di kawasan-kawasan Cina lainnya; semisalhnya Prof. Jin Wei De yang tinggal di kota Nan Jing yang telah mengumpulkan tulisan-tulisannya terkait Al-Quran dan ditulis dalam bentuk karya-karya pilihan atau MengJjian Qiu, yang telah memublikasikan satu jilid kurang lebih 400 halaman Catatan-catatan Bacaan Al-Quran; di kota Fu Sheng, propinsi Liao Ning, juga dapat melihat makalah-makalah para pensiunan di percetakan.
Penerjemah dan cendekiawan Al-Quran ini dalam menyempurnakan ucapannya menjelaskan demikian: Meskipun jumlah para penerjemah atau para periset Al-Quran sangatlah banyak; namun orang-orang yang sibuk melakukan riset sajak dan terprogram Al-Quran sangatlah sedikit; sejak abad kedua puluh hanya 14 jenis terjemahan Al-Quran dalam bahasa Cina, terjemahan-terjemahan dalam bahasa Uighur, Qazaq, Qirqiz Juag diterbitkan yakni sekarang ini di Cina terdapat 17 jenis terjemahan Al-Quran; namun di antara terjemahan-terjemahan yang ada ini tiga terjemahan lebih popular, yaitu Ma Jing Peng, Ma Zhonggang dan Li Jing Yuan.
Dia mendeskripsikan perbedaan-perbedaan di antara terjemahan-terjemahan yang ada sebagai berikut: Dengan mengkaji terjemahan-terjemahan, kita melihat bahwa sebagian terjemahan mengafirmasikan teks asli Al-Quran dan sebagian lainnya kepada tafsirannya; misalnya seperti Ma Zhing Gang penduduk Kun Ming meyakini tafsir Al-Quran berdasarkan hadis dan menurutnya merujuk pada hadis untuk terjemahan sudah cukup; bahkan juga harus mendapatkan hasil penelitian-penelitian ilmiah terkait Al-Quran yang di dapat sampai sekarang ini.
Para Pemufakat dan Oposisi Frekuensi Terjemahan Al-Quran di Cina
Prof. Lin Song membagi cendekiawan muslim Vina menjadi dua kelompok; satu kelompok sepakat dengan frekuensi terjemahan dan meyakini terjemahan semakin banyak maka akan lebih baik dan lebih bermanfaat; mereka meyakini bahwa Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan dalam bahasa Arab dan tidak ada satu terjemahanpun yang dapat menyamai dengan teks aslinya meskipun terjemahan itu baik, dengan demikian dengan upaya yang berkesinambungan, dengan berlalunya masa dan bersama kesempurnaan sains manusia harus memulihkannya, dengan demikian meskipun permintaan terjemahan semakin meningkat, maka akan diketengahkan terjemahan-terjemahan yang lebih baik dan di antara frekuensi ini dapat dipilih yang paling terbaik.
Dalam hal ini, Bai Shou Yi, dianggap sebagai sejarawan populer muslim Cina termasuk para penyetuju frekuensi terjemahan dan menambahkan, Bai Shou Yi meyakini Al-Quran semakin banyak diterjemahkan maka akan semakin lebih baik; karena menurut keyakinannya juga sampai sekarang ini Injil juga diterjemahkan dalam ratusan kali dan diterbitkan lebih dari ratusan kali; namun kitab suci yang marak dipasar ini kualitasnya sangat lebh baik ketimbang terjemahan-terjemahan terdahulu.
Selanjutnya, penerjemah Cina Al-Quran mendeskripsikan perspektif kedua, yakni para oposisi frekuensi terjemahan sebagai berikut: Sejumlah orang meyakini bahwa sekarang ini terjemahan-terjemahan Al-Quran sangatlah banyak dan para pembaca tidak dapat menelaah semuanya, lantas kenapa memubazirkan tenaga, energi dan sumber-sumber keuangan? Namun harus saya katakan sejumlah orang yang memiliki perspektif ini sangatlah banyak; misalnya Zhong Ming De penduduk Taiwan (Cina Taipe) meminta supaya terjemahan Al-Quran dihentikan; karena menurut keyakinannya terjemahan Al-Quran sudah cukup dan selanjutnya tidak perlu lagi para penerjemah menghabiskan waktunya untuk digunakan dalam hal ini.
Dia mengungkapkan: dua perspektif ini meskipun saling kontradiksi satu sama lain, namun kedua-duanya layak untuk dihormati; karena perselisihan pendapat adalah hal yang lumrah; namun tidak semenstinya melakukan pencelaan dan konflik; meskipun demikian, ironisnya dua kelompok ini tidak menghargai pokok penghormatan dan menuduh satu sama lain;
Semisalnya kelompok pertama menuduh kelompok lainnya, yang berlandaskan hanya pada prasangka dan opini-opininya dan hendak mengetengahkan perspektif baru supaya popular dan opini ini terhadap tafsir Al-Quran juga dikarenakan tidak seirus; sebaliknya, kelompok kedua juga menuduh kelompok pertama, yang berada dalam ruang tertutup, dekadensi dan tradisional dan tidak memiliki enovasi dan kemajuan; dunia sedang berubah, dengan demikian dalam tafsir juga harus menggunakan ilmu dan teknologi; dengan demikian terkait tafsir, terdapat dua opini saling kontras dan senantiasa terjadi konflik.
Bersambung…