IQNA

Wawancara IQNA dengan Prof. Bono:

Sosialis Perancis Berselancar dengan Sebuah Fenomena Bernama Islamofobia

9:32 - March 08, 2015
Berita ID: 2945744
PERANCIS (IQNA) - Berdasarkan jajak pendapat, Partai solialis Perancis memperoleh reputasi paling rendah, namun dengan peluncuran skenario Islamofobia setelah insiden seperti Charlie Hebdo mendapatkan keuntungan untuk berselancar sehingga mampu menggunakan hal tersebut untuk kemenangan dalam pemilihan presiden di masa mendatang.

Prof. Yahya Bono, cendekiawan Syiah, penulis dan Islamolog Perancis saat wawancara dengan IQNA, dengan menjelaskan hal ini mengisyaratkan kebungkaman perayaan-perayaan Barat atas tindakan-tindakan penistaan terhadap Islam dan menegaskan, sudah pasti pemerintah Barat mendapat keuntungan dan manfaat dari insiden yang melakukan perbuatan-perbuatan ini, partai sosialis Perancis berdasarkan jajak pendapat mendapatkan reputasi paling rendah; kurang lebih 20%, yakni warga Perancis yang berada di belakang partai Sosialis hanya seperlima saja.
Putin, meskipun seorang diktator, namun 80% didukung oleh masyarakatnya dan Olanda yang mana dia bukanlah seorang diktator, hanya mendapatkan dukungan 20% saja. Sosialis menggunakan serangan ke majalah Charlie Hebdo untuk menaikkan reputasinya sehingga dengan hal itu ia dapat digunakan untuk kesuksesannya dalam pemilihan presiden di masa mendatang. Semua memprediksikan bahwa fraksi nasional akan berhadapan melawan calon partai sosialis atau partai serikat untuk gerakan masyarakat. Dengan demikian, masalah ini mereka bawa sehingga dapat membela nilai-nilai republik.
Metode ini digunakan untuk berselancar dan memanfaatkan dengan tujuan kemaslahatan pada jangka pendek, namun akan memiliki pesan-pesan sukar bagi negara untuk jangka panjang.
Bono dalam menjawab pertanyaan, apakah publikasi karikatur Charlie Hebdo merupakan fenomena yang dicari oleh kelompok-kelompok anti Islam dan Zionis? mengatakan, insiden ini dapat diulas dan dianalisa menjadi beberapa pandangan.
Dapat digambarkan bahwa insiden serangan ke Charlie Hebdo dan pembunuhan wartawan merupakan aksi yang sudah dirancang oleh agen-agen rahasia.
Demikian juga, dapat dipikirkan bahwa insiden ini adalah sejarah dan pelbagai gerakan atau melihat orang-orang tersingkirkan yang menolak dirinya, dekat dengan sebuah ideologi khusus – ideologi al-Qaidah atau Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan melakukan aksi-aksi ini dengan tanpa bimbingan, dengan demikian apakah aksi-aksi ini perbuatan mereka sendiri atau rancangan agen-agen rahasia tidaklah terlalu penting. Sebagaimana hal yang terjadi tentang tragedi 11 September memiliki aspek kedua. Adapun yang penting adalah akibat-akibat dan metode petunjuk yang dihasilkan.

 

Charlie Hebdo dengan Sejarah Penuh Pelecehan Kehormatan
Dia menjelaskan, ringkasan masalahnya adalah majalah Charlie Hebdo sejak awal rintisan sudah mengambil sebuah prosedur anarkis, yakni tidak Tuhan dan tidak seorangpun lainnya yang selamat dari bidikan kritikannya, metode ini sudah marak sejak De Gaulle, mereka sama sekali tidak peduli tentang Kristen. Karena pada waktu itu masalah Islam belum terpaparkan sama sekali; Mereka mencetak karikatur-karikatur gereja dan keyakinan-keyakinannya, lebih ekstrem ketimbang karikatur-karikatur yang dicetak tentang Rasulullah (Saw).
“Dalam edisi tersebut dicetak karikatur-karikatur yang dinisbahkan kepada Rasulullah (saw), seperti karikatur-karikatur seseorang yang memperlihatkan hiasan dan amamah dan tidak jelas apakah itu adalah Rasulullah (Saw) atau setiap muslim dalam edisi tersebut digambarkan karikatur-karikatur al-Masih dan Ruh al-Qudus dalam adegan-adegan yang menjijikkan, atau karikatur-karikatur Cardinal Roma digambarkan dalam kondisi yang sangat melecehkan sekali. Sekarang, kenapa mereka tidak melangkah lebih ke depan lagi tentang kaum muslimin dan keyakinan-keyakinan mereka, karena mereka telah melihat fatwa Imam Khomeini (ra). Mereka mengetahui dengan baik bahwa kaum muslimin ada di seluruh tempat, yang masuk dalam tindakan. Dengan demikian mereka tidak berani melanggar. Namun, ujung serangan mereka tidak menarget kaum muslimin semata. Mereka anti agama dan sejak beberapa tahun lalu sebuah kelompok yang dekat dengan Zionis telah masuk tim penulisan majalah,” tambah Bono.
Peristiwanya adalah dua warga Perancis Aljazair, kelahiran Perancis yang belajar di Perancis, namun termasuk orang-orang tersingkir dekat dengan kelompok takfiri; kedekatan ini bukan karena mazhab, akan tetapi karena mereka melihat dirinya tertolak. Aksi tindakan ini sangat luar biasa, karena gedung majalah pada tahun-tahun sebelumnya, yakni sejak masa pemublikasian kembali karikatur majalah Denmark berada di bawah penjagaan polisi.
Sebuah tempat umum yang tidak menjadi target serangan, sehingga orang-orang tidak berdosa bisa terbunuh. Orang-orang yang terbunuh adalah umat muslim yang berlepas diri darinya dan serangan terjadi di tempat penjagaan polisi itu sendiri.
Para penyerang hendak mengatakan, orang-orang buruk yang menjadi serangan dan semua muslim bahkan non salafi pun mendukung mereka. Dengan hal ini masyarakat Perancis terbagi menjadi dua kelompok, dua kelompok yang sudah menyiapkan dirinya untuk perang; sebuah kelompok yang menganggap dirinya sebagai pendukung kebebasan pers dan kaum muslimin yang meyakini kebebasan pers memiliki batasan, agama kita adalah suci dan jika menodainya, maka kami siap untuk berperang.
Jika Zionis juga berada dibalik peristiwa tersebut, maka selain mereka itu telah sukses, juga telah mengkonflikkan masyarakat Perancis; karena Zionis internasional sejak bertahun-tahun sudah mendapatkan keuntungan dari asas "Ciptakanlah konflik dan Pimpinlah" untuk menjamin kemaslahatan bank-bank besar dan menguasai dunia.
Cendekiawan Syiah Perancis ini mengatakan, Zionisme mengatakan kepada warga Perancis bahwa para imigran Arab dan Afrika telah mencuri pekerjaan kalian dan hendak melakukan Islamisasi kepada kalian dan mereka mengatakan kepada kaum muslimin bahwa warga Perancis menolak kalian dan tidak menghendaki Islam; semua ini dusta, namun karena diulang berkali-kali sehingga setiap orang yang melihat problem ekonomi dan sosial beranggapan bahwa permasalahan tersebuat adalah sebuah fakta dan ada realitanya, kondisi ini bertahun-tahun beralur demikian.
Yahya Bono mengingatkan, minoritas masyarakat seperti Dieudonne sangat menentang kondisi ini; mereka mengatakan, para pemimpin memprovokasi kelompok budak melawan kelompok lainnya.
Bersambung…

2817860

Kunci-kunci: ragam
captcha