Menurut laporan IQNA, seperti dinukil dari Reuters, larangan berpuasa selain menambah kekhawatiran etnis muslim yang berada dibawah tekanan pemerintah Cina, jga merupakan pengulangan tahunan pembatasan-pembatasan agama yang senantiasa diabaikan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan.
Dilxat Raxit, Juru Bicara Etnis Uighur yang terasingkan dalam sebuah statemen kongres internasional Uighur mengumumkan, Cina sedang meningkatkan pelarangan dan kekerasannya menjelang bulan Ramadhan. Masalah agama masyarakat Uighur banyak mendapat represi dan penambahan kontrol-kontrol yang bisa menyebabkan resistensi keras.
Raxit menyebut perintah para pejabat Cina yang melarang para PNS berpuasa adalah upaya untuk mengontrol agama Islam.
Menurut penulisan kantor berita pemerintah Cina, restoran-restoran halal juga disuport supaya dibuka pada siang hari di bulan Ramadhan.
Restoran-restoran halal yang dibuka pada bulan Ramadhan, di masa mendatang akan lebih sedikit mendapat pemeriksaan dari para penyelidik.
Setiap tahun pada bulan Ramadhan, para pejabat Cina memberikan pembatasan-pembatasan terhadap etnis muslim Uighur.
Pemerintah Cina mengklaim pelaksanaan pemberian undang-undang di kawasan Xinjiang, dimana mayoritasnya adalah etnis muslim dalam rangka kampanye melawan “Ekstremis Agama”, yang membidik kaum muslimin.
Partai Komunis yang mendominasi Cina melakukan banyak upaya untuk melemahkan agama Islam dan menekan etnis muslim Uighur, dimana mayoritas mereka tinggal di propinsi Xinjiang.
Sejak tahun lalu, para pejabat Cina memberikan hadiah tunai bagi orang-orang yang memata-matai tetangga muslimnya.
Melawan pemakaian hijab dan penumbuhan jenggot juga termasuk aksi-aksi yang dilakukan melawan etnis muslim Cina.
Kawasan Xinjiang Cina yang diumumkan sebagai sebuah daerah otonom sejak tahun 1955 masih tetap sering menjadi target kekerasan keamanan oleh pihak para pejabat Cina.
Kelompok HAM berkali-kali mengkritik para pejabat Cina, karena merepresi agama muslim Uighur, dengan dalih “Melawan Terorisme”.
Uighur adalah etnis muslim berbahasa Turki, kurang lebih memiliki 8 juta populasi dan bertahun-tahun tinggal di kawasan kaya ini.