IQNA

Analisis Reaksi Dunia Arab terhadap Islamofobia/

Salman Rusydi Lebih Berbahaya ataukah Charlie Hebdo?

8:34 - January 29, 2016
Berita ID: 3470111
IRAN (IQNA) - Dunia Arab terkadang menunjukkan kinerja yang sangat ganjil dalam melawan aksi para musuh Islam.

Menurut laporan IQNA, dua konsep Berbahaya dan Lebih Berbahaya adalah dua kategori yang terkadang tidak terlalu diperhatikan dalam dunia Islam. Meski gerakan spontan muslim dalam menentang Islamofobia dan penistaan terhadap nilai-nilai agama adalah hal yang urgen, namun masalah ini sebelum apapun membutuhkan pemisahan tindakan-tindakan berbeda para musuh Islam. Yakni pemikiran dalam prediksi dua kategori lebih penting dan penting dan atau dengan ibarat pemisahan berbahaya dan lebih berbahaya.

Para musuh Islam, khususnya di Barat dengan pelbagai metode melakukan pencemaran dan perusakan citra nilai-nilai agama dan Islam. Mereka melakukan tindakan apapun untuk penyebaran Islamofobia dan merusak citra kasih sayang Islam.

Dengan pandangan global akan kebungkaman dan sikap menakjubkan dunia Arab dan sebagian negara-negara muslim terhadap buku seseorang seperti Salman Rusydi dan kemudian protes besar-besaran terhadap film dan karikatur penista, seperti Charlie Hebdo dapat dikatakan bahwa dunia Arab telah salah dalam membedakan dua makna Berbahaya dan Lebih Berbahaya. Namun juga harus mempertimbangkan kepentingan pemerintah sebagian negara-negara tersebut.

Salah satu sikap keliru Arab adalah peremehan kehadiran Salman Rusydi dalam pameran buku Frankfrut.

Bagaimana bisa dunia Islam dan secara khusus dunia Arab merespon publikasi karikatur penista kesucian-kesucian agama dan Islam, namun acuh tak acuh terhadap pemikiran dan kebudayaan kafir oleh orang-orang seperti Salman Rusydi?!

Harus mempertimbangkan bahwa buku selain memiliki pengaruh lebih dibanding foto atau karikatur dalam jangka panjang, juga memiliki kerusakan yang tidak dapat diganti terhadap otak dan pikiran generasi remaja. Demikian juga, buku-buku anti Islam dapat menyebabkan mobilitas lebih dalam penyebaran ideologi dan kebudayaan kafir dan atau menciptakan aliran-aliran sesat.

Di era dimana umat muslim membutuhkan perujukan pada makna dan ajaran-ajaran Al-Quran melebihi masa-masa lainnya, publikasi buku-buku yang ditulis dalam rangka menyesatkan dan membingungkan para intelek muda, akan memiliki pengaruh yang lebih berbahaya ketimbang gambar atau karikatur-karikatur penista.

Jika kita cermati masalah ini dari sudut pandang lain, maka kita dapati bahwa publikasi buku-buku pengkritik agama dan nilai-nilai Islam termasuk salah satu faktor predisposisi keterasingan masyarakat dunia akan esensi sejati agama dan kemudian mengolok-olok kesucian bersama agama-agama Ilahi dalam bentuk publikasi gambar dan karikatur-karikatur penista.

Harus dipilih kinerja yang terbaik untuk melawan publikasi buku-buku yang berupaya mempertanyakan makna agama dan Monoteisme. Sebelum buku-buku penista kesucian agama memiliki ruang untuk bercokol, maka harus ditulis buku-buku, dimana para remaja dunia Islam dengan menelaahnya telah menemukan jawaban terbaik dari pertanyaan-pertanyaannya. Buku-buku tersebut harus menyadarkan audien dari intrik Barat dan boneka-bonekanya.

Hal ini juga berlaku dalam melawan penyebaran ekstremisme dan gerakan takfiri. Umat muslim harus merintangi penyebaran gerakan-gerakan semacam ini dengan pembudayaan dan penyebaran buku-buku yang diambil dari pemikrian sejati Islam. Dalam buku-buku tersebut, penegasan menangnya pandangan pendekatan atas pandangan perusak adalah hal yang urgen. Jika umat muslim sedari awal memiliki kejelian yang lazim dalam melawan kelompok sesat seperti wahabi, maka sekarang ini kita tidak akan melihat ketidakamanan dan aktivitas kelompok-kelompok takfiri dan teroris di kawasan dan dunia.

Sesungguhnya, sangat mengherankan dan memprihatinkan, seseorang seperti Salman Rusydi diundang ke pameran buku Frankfrut untuk berpidato dengan bebas dan memperkenalkan bukunya, namun tidak ada satupun negara Islam selain Republik Islam Iran yang merespon aksi tersebut.

Apakah menurut Arab, karikatur penista itu lebih berbahaya ketimbang buku-buku yang berupaya menginfus budaya kafir dalam ruh dan psikis muslim?

Sebagian negara-negara Arab, yang bahkan sebelum diputar dan melihat Film Muhammad Rasulullah (Saw) besutan Majid Majidi, yang dirilis dalam rangka memperkenalkan citra sejati dan kasih sayang Islam kepada masyarakat dunia, telah mengambil sikap negafit dengan dalih-dalih tidak logis, lantas bagaimana bisa mereka bungkam terhadap aktivitas seseorang seperti Salman Rusydi? Bukankah penulis buku Ayat-ayat Setan tak lain adalah Salman Rusydi?!

Morteza Karimi

http://iqna.ir/fa/news/3469545

captcha