IQNA

Mengenal Tokoh Karbala/ 1

Orang-Orang yang Uzur/Berhalangan di Medan Karbala

7:26 - September 11, 2022
Berita ID: 3477295
TEHERAN (IQNA)- Peristiwa Karbala memiliki banyak pelajaran. Dalam pertempuran antara kebenaran dan kebatilan ini, ada situasi di mana kepribadian orang terungkap dalam hal pilihan dan perilaku mereka. Sekelompok orang-orang ini adalah mereka yang uzur (orang-orang yang memiliki alasan khusus/berhalangan untuk tidak bersama Imam Husein).

Orang-orang yang berhalangan adalah orang yang memiliki halangan untuk dapat bergabung dengan pasukan Imam. Misalnya, Mukhtar menyambut dan menjamu Muslim di Kufah, tetapi dia dipenjarakan oleh Ibnu Ziyad selama kebangkitan Imam. Tetapi orang seperti Sulaiman bin Shurad melakukan kelalaian dan membuat kesalahan dalam analisis dan kemudian termasuk dari Tawwabin. Ada juga beberapa pendukung Imam Husein as yang jalannya terhalang dan mereka tidak dapat membantunya, dan berita tentang seriusnya perang tidak sampai kepada mereka dengan baik.

Di kalangan Bani Hasyim ada juga yang berharap berada di Karbala. Di antara orang-orang ini adalah Abdullah bin Abbas, yang merupakan tokoh terkemuka dan termasuk salah satu sahabat Imam Ali (as). Abdullah bin Ja’far, suami dari Sayyidah Zainab (as) atau Muhammad bin Hanafiyah juga termasuk di antara orang-orang ini, meskipun tidak ada penilaian yang sama tentang mereka dalam sejarah.

Dalam kasus Abdullah bin Abbas, dengan melihat kesyi'ahan dan perdebatan serta pembelaannya terhadap Ahlulbait (as), alasan kebutaan telah dinyatakan. Tentu saja, karena menginginkan kebaikan, dia bermaksud untuk mencegah Imam pergi ke Kufah, tetapi Imam mempercayakannya tugas pemberitaan kepadanya. Tentu saja telah ada analisis terkait Abdullah bin Ja’far dan Ibnu Hanafiyah, tetapi tampaknya keduanya tidak memiliki bashirah/wawasan yang diperlukan untuk mendampingi Imam Husein as.

Ketika Abdullah bin Ja’far ditanya, apa pendapat Anda tentang Karbala? Dia berkata bahwa jika saya hadir, saya akan mengorbankan hidup saya dan sekarang saya senang bahwa kedua anak saya, ‘Aun dan Muhammad, telah syahid. Dia adalah seorang Syiah, tetapi dia tidak tunduk pada perintah Imam (as) dan sedang mencari surat jaminan keamanan untuk Imam Husein (as) dari pemerintah saat itu di Madinah dan Makkah.

Mariah binti Saad adalah salah satu wanita berpengaruh di Karbala, rumahnya di Basra adalah tempat berkumpulnya para pendukung Ahlulbait (as) dan ketika duta besar Imam (as) datang ke Basra dan menyampaikan pesan Imam (as), Mariah menyiapkan sejumlah orang untuk pergi mendukung Imam, tetapi di tengah perjalanan mereka mendengar berita kesyahidan.

 

* Diambil dari kata-kata Hujjatul Islam wal Muslimin Mohammad Reza Jabbari, guru besar sejarah Islam, dalam pertemuan "Tipologi sosok dalam Menghadapi Kebangkitan Asyura"

captcha