IQNA

Apa Kata Alquran/ 42

Keadilan Pemimpin Adalah Sumber Ajaran Sosial Islam

9:11 - December 19, 2022
Berita ID: 3477760
TEHERAN (IQNA) - Dalam budaya Islam, "Keadilan" berarti menghormati hak orang lain, yang digunakan untuk melawan kata "kezaliman" dan "pelanggaran", dan makna rincinya diartikan dengan “meletakkan segala sesuatu pada tempatnya atau melakukan segala sesuatu dengan benar.” Keadilan begitu penting sehingga beberapa kelompok menganggapnya sebagai salah satu prinsip agama.

Manusia berkumpul bersama berdasarkan kesamaan kepentingan dan saling membutuhkan dan membentuk masyarakat. Tetapi untuk memiliki kehidupan yang sehat dalam masyarakat ini, mereka membutuhkan hubungan yang setara dan adil. Keadilan adalah salah satu prinsip dasar yang menjadi sandaran konsistensi dan stabilitas masyarakat. Perhatikan ayat ini:

وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”. (QS. Al-Baqarah: 124)

Setidaknya dua bagian dari ayat ini yang patut diperhatikan: Bagian pertama, yang merujuk pada "kepemimpinan" Ibrahim, dan bagian kedua, yang menekankan pendampingan Allah yang terus-menerus dalam "kepemimpinan" dan "keadilan" (menghindari kezaliman). Telah disebutkan sebelumnya apa arti kedudukan "imamah" dalam ayat ini dan apa hubungannya dengan maqom "nubuwwah". Sekarang pertanyaannya, apa kriteria dasar seorang Imam?

Pada alinea kedua ayat ini hanya disebutkan satu sifat Imam saja, tentunya sifat Imam tidak terbatas pada yang satu ini saja, namun dapat dikatakan bahwa sifat yang paling utama dan mendasar diungkapkan dalam kata ini.

Nabi Ibrahim (as) adalah satu-satunya nabi yang mana semua orang musyrik, Yahudi, dan Kristen mengikutinya. Dalam ayat ini, dengan memuliakan nabi Ibrahim (as), dia secara tidak langsung memberi tahu semua orang bahwa jika Anda benar-benar menerimanya, hentikan kemusyrikan dan tunduk pada perintah-perintah Allah semata seperti dirinya.

Ayat ini merupakan salah satu ayat yang menjadi dasar pemikiran dan keyakinan Syiah bahwa imam harus suci dan orang yang disebut tiran tidak akan mencapai kedudukan imam.

Penulis Tafsir Nemuneh mengatakan poin yang menarik tentang ayat ini: Ayat ini telah menyebutkan kedudukan Imamah dengan frasa "Ahdi", yang menunjukkan aspek sunnatullah bersama dengan surah Al-Baqarah ayat 40. “dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku." Artinya, jika Anda setia kepada imam yang Aku tunjuk dan patuhi, Aku juga akan menolong dan membantu sebagaimana yang telah Aku janjikan.  Sunnatullah ini menekankan pentingnya bagaimana umat berkomunikasi dengan Imam dan pemimpin umat.

Pesan bagian kedua dari ayat dalam Tafsir Noor:

1- Sumber Imamah bukanlah warisan, itu adalah kelayakan yang dibuktikan dengan kemenangan dalam ujian ilahi. "Ibrahim menunaikannya "

2- Imamah adalah perjanjian ilahi antara Allah dan manusia. "Janji-Ku (ini) "

3- Salah satu syarat kepemimpinan yang paling penting adalah keadilan. Siapapun yang memiliki sejarah kemusyrikan dan kezaliman tidak layak menyandang Imamah. "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim” (HRY)

captcha