Mohammad Sadegh Rahimi, juri dari Afganistan pada bagian nada dalam musabaqoh Alquran Internasional Iran ke-39, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan IQNA: “Saya mulai belajar tentang Alquran saat saya berusia 9 tahun. Alhamdulillah, dengan rahmat Allah dan dorongan keluarga, saya melanjutkan jalan ini sampai saya pergi ke Iran pada tahun 1378. Saya menjalani tahap khusus dan lanjutan suara, nada, dan tajwid di universitas-universitas Iran dan saya belajar ilmu-ilmu Alquran di Universitas Taqrib Mazahib Islam di Teheran dan di Qom, dan sekarang saya sedang belajar untuk mendapatkan gelar doktor di bidang ilmu dan teknik qiraat.”
Rahimi menganggap penampilan qari Afghanistan bagus dan teknis serta menyatakan harapannya agar bisa naik peringkat.
“Orang-orang di negara ini sangat mencintai Alquran dan sekarang saya berbicara dengan murid-murid saya di Mazar-e-Sharif, Kabul dan teman-teman saya di Herat, musabaqoh ini berdampak besar pada mereka dan mereka berusaha untuk dapat berpartisipasi dalam musabaqoh ini suatu hari nanti,” kata Rahimi tentang kegiatan Alquran di Afghanistan.
Mengenai perbandingan kegiatan Alquran sebelum dan sesudah kekuasaan Taliban, ia menambahkan, saya merasa kehadiran Taliban tidak menjadi penghambat kegiatan Alquran, tetapi juga membuat kegiatan ini berkembang.
“Saya berpartisipasi di Pakistan, Dubai, India, Irak dan tiga kali musabaqoh Alquran di Malaysia,” imbuh juri Afghanistan.
Dia melanjutkan, sebagai perbandingan, musabaqoh Malaysia tidak mencapai musabaqoh Republik Islam Iran dalam hal kuantitas dan kualitas. Jika kita mempertimbangkan semua bagian dari perangkat keras dan perangkat lunak, musabaqoh Iran jauh lebih tinggi daripada tempat lainnya. (HRY)
4123701