Menurut Iqna, pidato Hujjatul-Islam wal-Muslimin Seyyed Ibrahim Raisi, Presiden Republik Islam Iran, pada Sidang Umum PBB ke-78 dimulai tengah malam pada Selasa, 19 September waktu Teheran.
Di awal pidatonya, Presiden sambil memegang dan mengangkat Kitab Suci Alquran di tangannya membela firman Tuhan yang antara lain sebagai berikut:
Alquran adalah firman Tuhan dan kitab yang mengajak manusia pada rasionalitas, spiritualitas, keadilan, moralitas dan kebenaran. Tiga pilar dasar dalam Alquran adalah tauhid, keadilan dan martabat manusia, yang menjamin kebahagiaan manusia. Tapi apa yang dikatakan Alquran yang membangkitkan kebencian orang-orang sombong dan penguasa adikuasa dan kekayaan?
Alquran mengatakan, "Wahai manusia; Jangan menerima penindasan dan perpecahan.” Dengan bimbingan ini, kita dapat membangun dunia yang bermartabat dan agung. Alquran berbicara tentang kesatuan umat manusia dan bahwa seluruh penghuni bumi adalah seperti saudara dan saudari dan berasal dari orang tua yang sama. Alquran menganggap laki-laki sebagai wakil Tuhan, dan laki-laki juga perempuan, meskipun berbeda secara alami, saling melengkapi satu sama lain dan setara di hadapan Tuhan; Alquran membela privasi keluarga dan menganggap anak sebagai amanah Tuhan.
Apakah ini pertama kalinya mereka membakar firman Tuhan dan berpikir mereka akan memutus suara kerajaan selamanya? Apakah Namrud, Firaun dan Qarun menang atas Ibrahim, Musa dan Isa?
Alquran melarang menghina ideologi dan keyakinan dan menghormati Ibrahim, Musa dan Isa sama seperti menghormati Muhammad (saw).
وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
“Dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri”. (QS. Ali Imran: 84)
Konsep pemersatu dan nabi-nabi yang luhur, menginspirasi, memanusiakan, membangun komunitas dan membangun peradaban bagi masyarakat manusia ini adalah abadi dan tidak akan pernah padam. Api penghinaan dan distorsi tidak akan pernah menjadi lawan dari “kebenaran”.
Anti-Islamisme dan apartheid budaya, dalam berbagai bentuknya, termasuk pembakaran Alquran hingga pelarangan hijab di sekolah dan puluhan diskriminasi memalukan lainnya, tidak sebanding dengan kemajuan manusia modern. (HRY)