IQNA

Perkembangan Palestina; Dari Penangkapan Wakil Direktur Wakaf Quds hingga Pertemuan Dewan Keamanan Soal Gaza

2:20 - December 09, 2023
Berita ID: 3479320
GAZA (IQNA) - Penangkapan Sheikh Najeh Bakirat, Wakil Direktur Wakaf Islam di Yerusalem oleh militer rezim Zionis, pertemuan Dewan Keamanan untuk mewujudkan gencatan senjata di Gaza, pengakuan Martin Griffiths tentang kemungkinan tindakan kemanusiaan di Gaza selatan, dll adalah beberapa berita terkini terkait perkembangan di Palestina.

Menurut Iqna mengutip al-Mayadeen, pasukan rezim pendudukan Israel menyerbu Tepi Barat Jumat pagi ini dan menangkap Sheikh Najeh Bakirat,  Wakil Direktur Wakaf Islam di Yerusalem.

Selain itu, setidaknya 18 warga Palestina terluka dalam serangan pagi hari yang dilakukan pasukan rezim Zionis di pemukiman Al-Khidr yang terletak di kota Betlehem di Tepi Barat.

Seorang pemuda Palestina juga ditembak oleh pasukan pendudukan di kamp Al-Fawwar di kota Al-Khalil, ketika tentara Zionis mencegah ambulans untuk mencapainya.

Rezim Zionis juga menyerang kawasan Dwar al-Manara di pusat kota Ramallah, kota Silat ad-Dhahr di selatan Jenin dan desa Salem di timur Nablus dan bentrok dengan pemuda Palestina.

Pertemuan Dewan Keamanan untuk mewujudkan gencatan senjata di Gaza

Situs berita "Al-Arabi Al-Jadeed" memberitakan bahwa Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan di markas besar PBB di New York pada Jumat ini waktu setempat untuk menghentikan konflik di Gaza.

Pertemuan ini akan dihadiri oleh Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, dan akan membahas kedatangan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dan kemungkinan pemungutan suara terhadap rancangan resolusi yang diajukan oleh UEA yang dikoordinasikan oleh pihak Palestina dan Mesir serta didukung oleh negara-negara Arab dan Islam.

Pertemuan ini akan diadakan dalam situasi di mana UEA telah mendistribusikan rancangan resolusi baru yang menyerukan pembentukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza di antara para anggotanya.

Langkah UEA untuk mendistribusikan rancangan undang-undang tersebut terjadi setelah Antonio Guterres, dalam sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya pada hari Rabu, menggunakan kekuatan khususnya untuk memperingatkan anggota agar meninjau kembali situasi di Gaza.

Sekretaris Jenderal PBB mengirimkan surat kepada Presiden Dewan Keamanan dengan mengutip Pasal 99 Piagam PBB, mengenai besarnya korban jiwa di Gaza.

تحولات فلسطین؛ از بازداشت معاون مدیر اوقاف قدس تا نشست شورای امنیت درباره غزه

Ini adalah pertama kalinya Guterres melakukan hal tersebut sejak ia menjadi Sekretaris Jenderal PBB pada tahun 2017. Pasal 99 Piagam PBB, yang hanya digunakan 9 kali dalam sejarah Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyatakan bahwa “Sekretaris Jenderal dapat melaporkan kepada Dewan Keamanan segala hal yang, menurut pendapatnya, dapat mengancam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional."

Hal ini terlepas dari kenyataan bahwa posisi Amerika Serikat dalam mendukung gencatan senjata belum berubah, dan dalam hal ini, Robert Wood, wakil perwakilan Amerika Serikat di PBB, mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis bahwa sikap Amerika Serikat tidak berubah.

Pengakuan Martin Griffiths tentang ketidakmungkinan operasi kemanusiaan di Gaza selatan

Situs Al-Mayadeen melaporkan, Martin Griffiths, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, pada Kamis waktu setempat, merujuk pada situasi bencana di Jalur Gaza, menambahkan bahwa tidak ada ruang aman untuk pekerjaan PBB dan kelompok bantuan di Gaza tidak mengetahui aktivitas mereka akan berakhir kemana?

“Tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa Israel mungkin akan mengizinkan sebagian dari bantuan memasuki Jalur Gaza melalui penyeberangan Kerem Shalom,” ucapnya.

تحولات فلسطین؛ از بازداشت معاون مدیر اوقاف قدس تا نشست شورای امنیت درباره غزه

Pada tanggal 7 Oktober, gerakan perlawanan Islam di Palestina, Hamas, sebagai tanggapan atas lebih dari tujuh dekade pendudukan di Palestina dan hampir dua dekade pengepungan Gaza serta pemenjaraan dan penyiksaan terhadap ribuan warga Palestina, memulai operasi yang dikenal sebagai “Badai Al-Aqsa”.

Operasi ini adalah salah satu serangan paling mematikan terhadap rezim ini. Pejuang Hamas menembus wilayah pendudukan di beberapa titik pagar perbatasan, menyerang desa-desa dan selain membunuh sejumlah besar tentara Israel, juga menangkap sejumlah dari mereka.

Menanggapi operasi ini, rezim Zionis melancarkan serangan besar-besaran terhadap Gaza, dan akhirnya, setelah 45 hari pertempuran dan konflik, pada tanggal 24 November 2023, antara Israel dan Hamas, terjadi gencatan sementara selama empat hari, atau jeda pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.

Menyusul berakhirnya gencatan senjata sementara selama empat hari antara Hamas dan Israel, Qatar, sebagai salah satu negara penengah, mengumumkan bahwa Hamas dan Tel Aviv telah mencapai kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata selama 48 jam. Hamas juga mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan Qatar dan Mesir mengenai perpanjangan gencatan senjata kemanusiaan sementara selama 2 hari, berdasarkan ketentuan yang sama dengan gencatan senjata sebelumnya.

Akhirnya, pada Jumat pagi tanggal 1Desember 2023, gencatan senjata sementara berakhir dan rezim Israel kembali melanjutkan serangannya ke Gaza. Untuk membalas serangan mendadak "badai Al-Aqsa" dan untuk mengkompensasi kegagalannya serta menghentikan operasi perlawanan, rezim ini telah menutup semua penyeberangan Jalur Gaza dan membombardir daerah tersebut. (HRY)

 

4186565

captcha