IQNA

Kedengkian dalam Alquran

13:36 - March 05, 2024
Berita ID: 3479723
IQNA - Kedengkian merupakan salah satu keburukan akhlak, dalam arti adanya keinginan untuk menghilangkan nikmat dan harta benda orang lain, dan sifat akhlak pertama yang menyebabkan pembunuhan saudara dan pertumpahan darah setelah penciptaan Adam (as) adalah rasa dengki.

Kedengkian adalah salah satu kerusakan moral pertama yang diderita anak-anak Adam di bumi. Kedengkian dalam pengertian umum berarti tidak senang terhadap nikmat yang Tuhan berikan kepada orang lain; pada tingkat kedengkian yang paling rendah, orang yang iri hati menginginkan berkah itu lenyap, dan pada tingkat yang paling tinggi, ia berusaha menghancurkan berkah itu.

Kedengkian disebutkan dalam Alquran dalam berbagai bentuk, antara lain kisah Habil dan Qabil, kisah Nabi Yusuf (as) dan saudara-saudaranya, serta kedengkian terhadap kenabian Nabi Islam (saw). Dalam surah Al-Falaq, Alquran memperkenalkannya sebagai salah satu sumber kehancuran dan kerusakan di dunia dan memerintahkan Nabi (saw) untuk berlindung kepada Allah swt dari kejahatan orang-orang yang dengki:

«وَ مِنْ شَرِّ حاسِدٍ إِذا حَسَد»

“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki”. QS. Al-Falaq: 5)

Riwayat kedengkian yang pertama adalah kedengkian Qabil terhadap saudaranya Habil, karena Allah menerima kurban Habil, namun tidak menerima kurbannya, dan persoalan ini menjadi alasan dan motivasi untuk membunuh saudaranya.

«و اتل نبأ ابنی آدم بالحقّ اذا قرّباً قرباناً»

“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban”

Dalam surah An-Nisa ayat 51 disebutkan bahwa sebagian orang Yahudi bersaksi bahwa kemusyrikan kaum Quraisy lebih baik dari kesalehan umat Islam agar dapat menarik perhatian kaum musyrik Makkah. Di ayat 54, dia menyebut penghakiman mereka tidak berguna; sebab pendapat mereka bermula dari rasa iri terhadap Rasulullah saw:

«أَمْ یحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَیٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۖ فَقَدْ آتَینَا آلَ إِبْرَاهِیمَ الْکِتَابَ وَالْحِکْمَةَ وَآتَینَاهُمْ مُلْکًا عَظِیمًا»

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.” (QS. An-Nisa: 54)

Dalam banyak riwayat yang diberikan dalam sumber-sumber Sunni dan Syiah serta rujukan "Al-Ibrahim" dalam ayat ini, dipahami bahwa Nabi (saw) dan keluarganya didengki. Alquran mengatakan bahwa penilaian mereka yang salah berasal dari rasa dengki mereka dan oleh karena itu tidak berharga. Karena penindasan dan kekafiran, mereka kehilangan kedudukan kenabian dan pemerintahan, dan oleh karena itu, mereka tidak ingin kedudukan Ilahi ini dipercayakan kepada siapa pun, dan oleh karena itu mereka iri terhadap Nabi Islam (saw) dan keluarganya yang telah diberkati dengan karunia Ilahi ini, dan dengan penilaian yang tidak berdasar seperti itu mereka ingin memercikkan air ke atas api rasa iri mereka.

Untuk menghilangkan kedengkian orang-orang Yahudi, ayat tersebut menyebutkan nikmat yang Dia berikan kepada Ibrahim dan bahwa orang-orang Yahudi menerimanya dalam kasus Ibrahim, tetapi mengapa mereka tidak menerimanya tentang mereka. Menurut ayat tersebut, kitab, hikmah dan mulk atau kekuasaan yang agung telah diberikan kepada keluarga Ibrahim.

Kedengkian merupakan salah satu dosa yang jika tertular, tidak berhenti pada tingkat cemburu saja, tetapi juga membuka lahan bagi dosa-dosa lainnya. Kedengkian menjelek-jelekkan orang lain, bersikap bermusuhan dan melakukan segala cara untuk menghancurkan nikmat yang dimilikinya. Oleh karena itu, dalam riwayat Imam Ali as, kedengkian diperkenalkan sebagai sumber keburukan. Memikirkan dampak buruk sifat iri hati, menguatkan akal dan menguatkan keimanan, serta memperhatikan hikmah Allah merupakan beberapa cara ilmiah dan praktis para ilmuwan akhlak dalam mengobati penyakit iri hati dan dengki ini. (HRY)

Kunci-kunci: Kedengkian ، dalam Alquran
captcha