
Demonstrasi tersebut diadakan pada hari Jumat dengan slogan, “Kesetiaan pada darah para syuhada… bersama Gaza hingga kemenangan.”
Unjuk rasa ini digelar beberapa hari setelah rezim Israel membunuh Fuad Shukr, seorang komandan militer senior gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon, dan Ismail Haniyeh, pemimpin politik gerakan perlawanan Palestina Hamas.
Menanggapi kekejaman tersebut, para peserta menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa anggota Poros Perlawanan regional, termasuk Angkatan Bersenjata Yaman, “harus bersiap untuk tanggapan yang terhormat.
Tanggapan seperti itu “akan menghilangkan apa yang tersisa dari ilusi kekuatan musuh Israel,” mereka menambahkan.
“Rezim Israel,” kata para demonstran, “harus tahu bahwa masa-masa mereka melancarkan agresi mematikan tanpa mendapatkan tanggapan yang tepat telah berakhir.”
“Kalian tahu bahwa membunuh para pemimpin perlawanan tidak akan menyelamatkan kalian dari nasib yang tak terelakkan, yaitu pemusnahan,” kata mereka kepada Israel.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan pertempuran telah memasuki “fase baru” setelah Israel membunuh komandan militer utamanya Fouad Shukr dan kepala Hamas Ismail Haniyeh.
‘Keagungan’ Israel terhapus di pasir Gaza
Para pengunjuk rasa Yaman mencatat bahwa rezim telah menggunakan pembunuhan sebagai cara untuk “melarikan diri dari kekalahan” yang telah dideritanya di tangan gerakan perlawanan regional sejak 7 Oktober.
Hari itu menyaksikan kelompok perlawanan Jalur Gaza melancarkan serangan balasan yang sangat berani terhadap wilayah Palestina yang diduduki, menangkap ratusan tentara dan pemukim Israel.
Operasi tersebut telah ditindaklanjuti dengan berbagai serangan terhadap wilayah yang diduduki oleh kelompok perlawanan regional lainnya dari Yaman, Lebanon, dan Irak.
“Musuh Zionis telah sepenuhnya yakin bahwa pencegahannya telah gagal dan prestisenya telah diinjak-injak di pasir Gaza,” kata pihak Yaman. (HRY)
Sumber: arrahmahnews.com