IQNA

Hamas: Netanyahu Haus Darah, Tawanan Israel akan Jadi Korban Pertamanya

17:41 - March 27, 2025
Berita ID: 3481828
IQNQ - Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, memperingatkan bahwa sikap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menolak negosiasi nyata dapat semakin membahayakan nyawa tawanan Israel di Gaza. Hamas menegaskan bahwa Netanyahu lebih memprioritaskan keberlanjutan perang genosida terhadap wilayah tersebut dibandingkan keselamatan warganya sendiri.

Dalam pernyataan video yang dirilis pada Hari Rabu, Hamas mengecam Netanyahu karena sengaja menggagalkan negosiasi yang bertujuan membebaskan tawanan. Hamas menegaskan bahwa tujuan utama Netanyahu adalah melanjutkan agresinya terhadap rakyat Gaza.

“Netanyahu, penjahat perang… Dia haus darah, dan tawanan Israel akan menjadi korban pertamanya,” demikian bunyi teks dalam video tersebut.

Kesaksian Tawanan Israel

Seorang tawanan Israel yang tampil dalam video tersebut menggambarkan kondisi mereka di Gaza, mengingat bagaimana situasi mereka membaik selama gencatan senjata berlangsung. Namun, harapan itu sirna ketika Netanyahu kembali melanjutkan perang pada Maret lalu.

“Kami, para tawanan di Gaza, ingin menceritakan kondisi kami. Ketika kesepakatan gencatan senjata dimulai dan perbatasan Gaza dibuka untuk bantuan kemanusiaan, para pejuang Hamas sangat peduli untuk memberikan semua yang kami butuhkan, bukan hanya makanan, tetapi juga memastikan kesejahteraan kami,” ujar tawanan tersebut, duduk di samping seorang tawanan lainnya.

“Kami mulai merasakan bahwa kelaparan berakhir dan bisa bernapas lebih lega. Kami percaya semua ini akan segera berakhir. Namun, di saat akhir sudah mendekat, kami justru mengalami pukulan yang sangat berat,” lanjutnya.

Netanyahu Gagalkan Gencatan Senjata

Hamas menuduh Netanyahu sengaja menggagalkan kesepakatan gencatan senjata dengan melanjutkan serangan udara ke Gaza pada 18 Maret lalu, yang mengancam nyawa warga sipil Palestina serta para tawanan Israel.

“Netanyahu merekayasa negosiasi palsu hanya untuk mengulur waktu. Dia melanjutkan perang genosidanya terhadap warga sipil tak bersenjata di Gaza dan membatalkan kesepakatan gencatan senjata yang telah ia tanda tangani,” bunyi teks dalam video tersebut.

Tawanan Israel yang sama juga mengonfirmasi bahwa serangan udara sejak 18 Maret nyaris merenggut nyawa mereka.

 

“Serangan itu hampir membunuh kami. Itu adalah momen yang paling dekat dengan kematian bagi saya dan mereka yang bersama saya,” ujarnya.

Tawanan yang Dibebaskan: Hamas Memperlakukan Kami dengan Baik

Video tersebut juga menampilkan cuplikan dari tawanan Israel yang telah dibebaskan sebelumnya. Mereka mengungkapkan kelegaan dan rasa terima kasih kepada Hamas atas perlakuan mereka selama ditawan—kontras dengan sikap pemerintah Israel yang dinilai abai terhadap nasib mereka.

Hamas menyesalkan bahwa Netanyahu terus menghambat upaya penyelesaian konflik, tetapi kembali menegaskan bahwa solusi negosiasi yang tulus adalah kunci untuk membebaskan tawanan yang tersisa.

Unjuk Rasa di Israel Menuntut Netanyahu Mundur

Di tengah perkembangan ini, meningkatnya keresahan di kalangan warga Israel semakin terlihat. Ribuan orang turun ke jalan di berbagai wilayah pendudukan Palestina, menuntut Netanyahu untuk mundur karena kegagalannya dalam negosiasi dan kebijakan perang yang terus berlanjut.

Keluarga para tawanan juga mengecam Netanyahu karena dianggap menjadikan orang-orang tercinta mereka sebagai alat politik demi kepentingan pribadinya.

Media Israel melaporkan bahwa pejabat tinggi, termasuk Kepala Badan Intelijen Mossad, David Barnea, mendorong negosiasi baru dengan Hamas. Mereka khawatir bahwa strategi militer Netanyahu hanya akan memperpanjang krisis dan semakin membahayakan tawanan Israel.

Namun, Netanyahu tetap bersikeras bahwa perang adalah satu-satunya cara untuk membebaskan tawanan yang masih berada di Gaza.

Saat ini, terdapat 58 tawanan Israel yang masih ditahan di Gaza, dengan 34 di antaranya dilaporkan telah meninggal, menurut militer Israel. (HRY)

Sumber:

Kunci-kunci: hamas ، Netanyahu ، israel
captcha