Dinyatakan bahwa tawakkal didasarkan pada pengetahuan dan pemahaman, dan setelah tahap ini, saatnya untuk bertindak dan bergerak. Oleh karena itu, tawakkal secara umum memiliki dua jenis persyaratan epistemologis dan persyaratan praktis. Sebagaimana Amirul Mukminin (as) telah menjelaskan dalam sebuah riwayat tentang dimensi epistemologis tawakkal, beliau berkata:
التَّوكُّلُ مِن قُوَّةِ اليَقينِ
“Tawakkal (bersumber) dari kekuatan yakin”.
Berikut ini secara ringkas disebutkan beberapa contoh tentang esensi yakin dan syarat epistemologis tawakkal dari ayat-ayat Alquran.
Pertama adalah keimanan terhadap kemurahan dan belas kasihan Allah yang sangat besar; Dalam surat Al-Mulk kita membaca:
قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Dialah Zat Yang Maha Pengasih, kami beriman kepada-Nya dan hanya kepada-Nya kami bertawakal”. (QS. Al-Mulk: 29)
Kepercayaan lainnya adalah bahwa Tuhan mengetahui kebaikan dan kesejahteraan hamba-hamba-Nya. Alquran mengatakan:
وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا
“Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Hanya kepada Allah kami bertawakal.” (QS. Al-A’raf: 89) Yakni, ilmu pengetahuan Ilahiah itu tidak terbatas dan kita dihadapkan pada ilmu pengetahuan yang mutlak, yang mengetahui segala sesuatu secara menyeluruh, termasuk kebaikan dan kesejahteraan kita.
Tetapi mungkin keyakinan yang paling penting dalam tawakkal adalah iman pada kehendak kebaikan Tuhan. Alquran mengatakan dalam surat At-Taubah:
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَ عَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. At-Taubah: 51) Orang yang beriman tahu bahwa dirinya berada di bawah pengawasan Allah, dan karena seorang tuan tidak menetapkan keburukan bagi hambanya, maka apa yang telah ditetapkan Allah bagi orang yang beriman adalah baik.
Kepercayaan lainnya adalah bahwa Tuhan itu kuat dan membimbing kita serta telah menuntun kita menuju kebahagiaan dan kesejahteraan. Dalam surah Ibrahim disebutkan:
وَ مَا لَنَا أَلَّا نَتَوَكَّلَ عَلَى اللَّهِ وَ قَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا وَ لَنَصْبِرَنَّ عَلَى مَا آذَيْتُمُونَا وَ عَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Mengapa kami tidak akan bertawakal kepada Allah, sedangkan Dia telah menunjukkan kepada kami jalan-jalan (keselamatan)? Sungguh, kami benar-benar akan tetap bersabar terhadap gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Hanya kepada Allah orang-orang yang bertawakal seharusnya berserah diri.” (QS. Ibrahim: 12)